This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, June 15, 2010

KTI Dampak Telepon Seluler bagi Remaja

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Di masa ini teknologi sudah sangat maju, hal tersebut dapat di nilai dari banyaknya penggunaan alat-alat yang menggunakan teknologi canggih.salah satunya adalah perkembangan teknologi komunikasi yang sangat pesat yang mendukung perkembangan telepon seluler / handphone (HP). Tetapi,banyak sekali dampak negatif dari sekian pengaruh positif yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi komunikasi khususnya penggunaan handphone. Banyak pengguna handphone yang belum mengetahui berbagai pengaruh tersebut. Oleh karena itu, kami sebagai penulis hal tersebut sebagai bahan pembahasan agar dapat menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam penggunaan handphone.

B. Rumusan Masalah

1. Apa peranan telepon genggam terhadap kehidupan remaja seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi?

2. Bagaimana fakta sikap para remaja yang menggunakan handphone?

3. Apa pengaruh penggunaan handphone bagi kehidupan?

4. Apa tindakan yang dilakukan remaja untuk menghindari penyalahgunaan hanphone?.

C. Tujuan

Tujuan karya tulis adalah sebagai berikut :

1. Untuk berkomunikasi, mendengarkan mp3, melihat video dsb.

2. Banyak siswa yang menggunakan handphone secara positif, tetapi juga banyak siswa yang menggunakan handphone secara negatif.

3. Melancarkan komunikasi masyarakat yang sedang dalam jarak jauh.

4. Dengan tidak memiliki handphone atau dengan menggunakan handphone seperlunya saja.

E. Manfaat Penelitian

Agar orang tua da guru dapat mengawasi perkembangan anaknya/siswanya dalam menggunakan handphone, agar mereka tidak tersesat ke hal buruk yang disebabkan oleh dampak negatif dan dapat mengoptimalkan penggunaan handphone bagi keperluan mereka.

F. Metode Penelitian

1. wawancara terhadap beberapa siswa.

2. Sumber Media Elektronik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peranan Telepon Genggam Terhadap Kehidupan Remaja Seiring Dengan Perkembangan Teknologi dan Komunikasi.

Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Berbagai informasi yang terjadi di berbagai dunia, kini telah dapat langsung kita ketahui berkat kemajuan teknologi.

Tentu kemajuan teknologi ini menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan manusia. Terutama terhadap remaja. Dampak positif dan negatif terhadap kehidupan masyarakat paling mudah berpangaruh bagi kaum remaja yang merupakan usia paling rawan terhadap pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Contoh teknologi canggih adalah handphone.

Memiliki handphone mungkin memang tidak salah, tetapi banyak para remaja yang menyalah gunakan kegunaan handphne yang sesungguhnya. Misalnya dengan menyimpan foto-foto atau video porno, dsb.

Ketika sudah memiliki handphone sebaiknya para remaja dapat menggunakannya sesuai kegunaannya atau para orang tua harus bisa lebih mengawasi anaknya dalam menggunakan handphone.

Kemajuan teknologi dan pengaruhnya dalam kehidupan adalah hal yang tak dapat kita hindari. Akan tetapi, kita dapat melakukan tindakan yang bijaksana terhadap diri kita sendiri, keluarga dan juga masyarakat luas agar kemajuan teknologi yang semakin dahsyat ini tidak sampai menggeser jati diri kita sebagai manusia yang memiliki norma dan juga nilai-nilai pekerti yang luhur. .

B. Fakta Sikap Para Remaja Yang Pengguna Handphone

Anak-anak zaman sekarang sudah banyak menggunakan handphone dan selalu menggunakan handphone, bahkan ada yang tiada hari tanpa handphone, sehingga waktu belajarnya berkurang.

Berikut merupakan tindakan remaja khususnya siswa yang sering ditemukan. Ada sikap positif dan negatif.

  1. Banyak siswa yang mempunyai handphone waktu luangnya banyak tersita untuk smsan atau saling telepon (bukan untuk belajar).
  2. Ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung di dalam kelas siswa memilih sibuk dengan handphone mereka.
  3. Sebagian siswa yang menggunakan alat komunikasi tersebut untuk saling berkomunikasi ketika saat ulangan.
  4. Banyak siswa yang menyimpan hal-hal yang berbau pornoaksi dan pornografi.
  5. Siswa tidak gagap teknologi, siswa dapat mengikuti perkembangan era teknologisasi dunia dan siswa dapat lebih produktif, efektif dan efisien dalam waktu, energi dan biaya karena ada sarana komunikasi yang memudahkan urusannya.
  6. Siswa dapat mencari materi dengan search lewat handphone meskipun berada dalam lingkungan kelas saat jam pelajaran tanpa perlu ke laboratorium TIK.

C. Pengaruh Penggunaan Handphone Terhadap Kehidupan

1. Kebiasaan Buruk Pemakai Handphone

Pakar terkait menunjukkan 6 kebiasaan buruk pemakaian handphone yang merugikan kesehatan itu meliputi :

1. Menggantungkan handphone dileher atau pinggang.

Bagi mereka yang Arrhytmia (tidak ada irama jantung), fungsi jantung tidak sempurna sebaiknya tidak menggantungkan handphone di dada. Jika handphone digantung di bagian pinggang atau sisi perut mungkin akan mempegaruhi fungsi kesuburan. Cara yang lebih aman dan sehat adalah simpan dalam tas yang dibawa serta.

23

2. Menempelkan handphone di telinga ketika menelepon.

Ketika menelepon dan belum tersambung, radiasi akan bertambah kuat, maka sebaiknya jauhkan handphone dari bagian kepala, selang 5 detik kemudian baru dihubungai kembali.

3. Sinyal handphone semakin lemah ketika menempel di telinga.

Berdasarkan prinsip kerja handphone, dalam keadaan sinyal yang agak lemah, handphone akan meningkatkan daya luncur gelombang elektromagnetnya secara otomatis, sehingga intensitas radiasi bertambah kuat. Dengan menempelkan ke telinga, maka radiasi yang dialami bagian kepala akan berlipat ganda.

4. Percakapan handphone terlalu lama.

Para ahli menyarankan, tidak baik berhubungan telepon terlalu lama, jika memamg demikian bisa mempertimbangkan memakai telepon tetap atau memeakai alat pendengar, jika terpaksa harus berhubungan dengan handphone dalam jangka waktu lama juga harus mendengar secara bergantian di kiri dan kanan telinga 1-2 menit.

5. Sembunyi di sudut tembok dan bisik-bisik menerima telepon rahasia.

Dengan bersembunyi di sudut bangunan dalam kondisi umum, penutupan sinyal di sudut bangunan tidak begitu baik, sehingga dengan demikian dapat meyababkan daya radiasi handphone dalm sudut tertentu bertambah besar.

6. Mondar-mandir (selalu bergerak).

Sejumlah orang tanpa sadar suka berjalan perlahan ketika menelepon, selalu bergerak kesana kemari, namun tidak sadar bahwa menggerakkan posisi dapt menyababkan ketidakstabilan sinyal yang diterima, dengan demikian menyebabkan terjadinya luncuran daya tinggi dalam waktu singkat yag tidak diperlukan.

Selain itu, 8 tipe orang berikut ini sebaiknya mengurangi pemakaian handphone:

  1. Penyakit epilepsi
  2. Jantung
  3. Lemah saraf parah
  4. Katarak
  5. Diabetes
  6. Wanita hamil dan menyusui
  7. Anak-anak
  8. Orang tua berusia lebih dari 60 tahun

2. Sinyal Handphone Bagi Otak

Berhati-hatilah dengan pesawat telefon seluler Anda. Emisi sinyal telefon seluler ternyata bisa merangsang bagian korteks otak yang paling dekat dengan pesawat telefon itu. Pengaruh handphone pada otak dan hubungannya dengan kanker.

Hampir dua miliar orang di seluruh dunia sudah menggunakan handphone. Dari jumlah tersebut lebih dari 500 juta menggunakan jenis yang memancarkan medan elektromagnetik yang dikenal sebagai GSM (Global System for Mobile Communication. Boleh dikatakan, penggunaan EMF (frekuensi elektromagnetik) dalam jangka waktu lama dan kontinu berkaitan dengan penggunaan handphone dalam kehidupan sehari-hari mungkin akan memicu risiko atau bahkan manfaat bagi penderita sakit otak.

Sebenarnya, studi medis mengenai penggunaan handphone dan pengaruhnya pada otak telah memberi hasil beragam. Tahun lalu para peneliti Swedia menemukan penggunaan handphone dalam jangka waktu lama akan meningkatkan risiko tumor otak. Namun, studi ini dimentahkan empat operator handphone Jepang yang tak menemukan bukti bahwa gelombang radio dari handphone bisa membahayakan sel atau DNA.

Hal yang sama juga dikeluarkan Dewan Kesehatan Belanda yang menganalisis beberapa studi dan tak menemukan bukti bahwa radiasi dari telefon seluler berbahaya bagi otak. Semuanya masih serba kontroversi. Namun demikian, alangkah lebih bijaksana jika para pengguna handphone lebih mengedepankan sikap hati-hati dan tak berlebihan. Gunakanlah handphone sesuai kebutuhan. Bukankah sesuatu yang berlebihan cenderung mengundang risik

D. Tindakan Remaja Untuk Menghindari Penyalahgunaan Handphone

Tindakan yang seharusnya dilakukan setiap remaja untuk menghindari penyalahgunaan handphone yaitu :

  1. Menolak ajakan teman untuk menyimpan maupun melihat hal-hal yang meyangkut pornoaksi dan pornografi.
  2. Tidak membawa handphone ke sekolah atau mematikan handphone saat pelajaran berlangsung agar tidak mengganggu konsentrasi belajar.
  3. Ketika berada dirumah sebaiknya mengatur waktu sebaik-baiknya antara belajar dan menggunakan handphone.
  4. Belajar sebaik mungkin agar tidak sampai menggunakan handphone saat ujian.
  5. Menghindari mengakses situs porno atau mendownload konten-konten porno dari handphone.
  6. Menggunakan handphone jika diperlukan dan untuk hal-hal yang penting saja.
  7. Memperbanyak konten-konten religi pada handphone.
  8. Memberi kode pengaman pada handphone jika diperlukan.

Angket

1. Kamu memiliki handphone?

a. Punya b. Tidak punya

2. Apa merk handphone Kamu?

a. Nokia b. SE c. Lainnya (……………..)

3. Apa jenis handphone Kamu?

a. GSM b. CDMA c. Dual

4. Berapa jumlah handphone yang kamu miliki?

a. 1 b. 2 c. 3

5. Apakah perlu remaja memiliki handphone?

a. Perlu b. Sangat perlu c. Tidak perlu

6. Apakah handphone pernah mengganggu aktivitas kamu?

a. Pernah (………………………………………………………) b. Tidak

7. Apa alasan kamu memiliki handphone?

a. Memudahkan komunikasi b. Mengikuti kemajuan zaman

c. Lainnya (……………..)

8. Sejak kapan kamu memiliki handphone?

a. SD b. SMP c. SMA

9. Orang tua mendukung kamu memiliki handphone?

a. ya b. Tidak

10. Dari mana kamu mendapatkan handphone?

a. Dari uang tabungan sendiri b. Dibelikan orang tua

c. Gabungan dari uang tabungan sendiri dan uang dari orang tua

No Pertanyaan

Jawaban

Jumlah

A

B

C

1

41

1

0

42

2

22

9

11

42

3

33

9

0

42

4

35

5

3

42

5

29

11

2

42

6

19

24

0

42

7

38

1

3

42

8

6

30

6

42

9

40

2

0

42

10

5

25

12

42

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan dapat diambil kesimpulan yaitu :

  1. Salah satu teknologi yang saat ini sedang trend dan telah merakyat bagi masyarakat Indonesia adalah handphone untuk berbagai kalangan masyarakat. Handphone sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Disamping harga yang ditawarkan cukup terjangkau, berbagai fitur handphone juga diberikan sebagai penunjang majunya teknologi.
  2. Handphone kini bukan lagi sekadar alat untuk berkomunikasi saja tetapi juga sebagai gaya hidup dan penampilan
  3. Sering kali handphone mengalihkan aktivitas seorang pelajar yang seharusnya belajar sebagai tugas utama.
  4. Fungsi Handphone tidak digunakan sebagaimana mestinya akan tetapi malah disalah gunakan oleh berbagai pihak.
  5. Banyaknya sisi negatif yang ditimbulkan dengan adanya handphone.

B. SARAN

  1. Fasilitas canggih yang telah diberikan dalam sebuah handphone sudah semestinya dipergunakan dengan sebaik mungkin.
  2. Sebagai seorang remaja seharusnya lebih mengutamakan belajar daripada bermain handphone.
  3. Sebagai orang tua sebaiknya lebih mempertimbangkan segala sesuatu yang akan diberikan kepada anak dengan melihat akibatnya terhadap perkembangan anak terutama yang memasuki usia remaja.
  4. Penggunaan handphone yang terlalu lama dapat menimbulkan hal-hal negatif, maka sebaiknya remaja yang sering menggunakan handphone untuk menelepon mengurangi pemakainnya dan menggunakan seperlunya saja.

Daftar Pustaka

http://muara.dagdigdug.com (diakses tanggal 23 Mei 2010)

Balai Pustaka. 2001. Kamus Besar Bahasa Indoesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Dagun, Save M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta : Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara.

Ninja Saga Tidak BIsa di Cheat Lagi

Setelah perbaikan pada hari senin 14 Juni 2010 pada pukul 16.30 WIB – sekitar 18.00 WIB ninja saga sudah tidak dapat di cheat lagi.. Walaupun cheat versi terbaru 5.6 sudah tidak bisa lagi. yah padahal Q udah berusaha dalam 3 hari untuk menaikkan level saya dari level 33 ke 40 sia” saja. Padahal untuk Jounin Exam sangat sulit bagi yang pengguna free user. Saya sudah mencoba berkali-kali hasilnya tetap nihil..

Sunday, June 13, 2010

KTI Bahasa Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu fungsi bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa negara adalah bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Ssuai dengan fungsi ini guru, menggunakan bahasa Indonesia dalam penyampaian semua materi pelajaran selain bahasa daerah dan bahasa asing.

Selain itu siswa mendapatkan materi bahasa dan sastra Indonesia. Hal ini bertujuan agar iswa terampil berbahasa Indonesia baik lisan maupun tulis. Jika tujuan ini tercapai, siswa tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

Menyadari pentingnya pengajaran bahasa Indonesia, upaya peningkatan pengajaran bahasa Indonesia terus menerus dilakukan. Salah satu bentuk nyata upaya tersebut adalah munculnya pendekatan-pendekatan baru dalam pengajaran bahasa seperti terlihat dalam kurikulum 1994. Pelaksanaan kurikulum 1994 diharapkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Pendekatan CBSA menitik beratkan pada keaktifan siswa.Guru berperan sebagai motivator untuk mendayagunakan potensi siswa.

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD menurut kurikulum 1994 mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pelaksanaan pembelajaran, keempat aspek tersebut sebaliknya mendapat porsi yang seimbang dan harus disajikan secara terpadu, karena setaip keterampilan erat sekali dan selalu berhubungan dengan tiga aspek keterampilan lainya. Agar komunikasi berjalan lancar, keempat aspek keterampilan lainya. Agar komunikasi berjalan lancar, keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut hendaknya ditanamkan sebaik-baiknya pada siswa di sekolah, baik untuk keperluan sehari-hari maupun untuk keperluan untuk menuntut ilmu pengetahuan selanjutnya. Tujuan ini dapat tercapai apabila mereka dilatih menyusun dan menggunakan kalimat dengan kata-kata yang benar dan jelas, baik secara lisan maupun tertulis.

Khusus mengenai kata kerja yang berimbuhan diajarkan pada materi struktur kebahasaan. Menurut Prof. Drs. M Ramlan (1983 - 12) imbuhan bahasa Indonesia atau afiks bahasa Indonesia meliputi prefiks, infiks dan sufiks. Slanjutnya yang disebut prefiks adalah afiks yang melekat di tengah bentuk dasar, sedangkan sufks adalah afiks yang melekat di akhir bentuk dasar.

Kenyataan di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun khususnya siswa kelas VI masih banyak rancuh saat mengunakan imbuhan atau afiks bahasa Indonesia. Hal itu dapat dilihat bentuk penulisan imbuhan bahasa Indonesia melekat pada bentuk dasar yang dilekatinya, tetapi realita yang ada terdapat siswa belum dapat membedakan antara penulian imbuhan dan kata depan, termasuk pada bentuk dasar yang dilekatinya.

Contoh : Ari pergi ke sekolah dengan ber sepeda

Riski di suruh ibu ke apotik.

Berdasarkan kondisi di atas, perlu adanya alternatif pemecahan masalah. Slah satu strategi yang dapat ditempuh yaitu melalui pengamatan secra langsung ataupun melalui pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian. Penelitian yang berjudul : “Efektivitas Pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Kata Kerja Awalan ‘ber’ Bagi Siswa Kelas VI di SDN Kdondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun”, ini diharapkan dapat mengidebtufikasi penyebab timbulnya masalah.

B. Pembetasan Masalah

Dari identifikasi tampak banyak masalah yang dapat diteliti, oleh sebab itu penelitian dibatasi pada masalah :

1. Kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kacamatan Kebonsari Kabupaten MadiunTahun Peljaran 2005 / 2006 mencari kata kerja berawalan ber- dalam wacana.

2. Kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 mengartikan kata kerja berawalan ber-.

3. Kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 membuat kalimat yang mengandung kata kerja berawalan ber-.

C. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini ada tiga permasalahan yang dapat dirumuskan. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kemampuan siswa kelas VI di SDN KEDONDONG 01 Kacamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 mencari kata kerja berawalan ber- ?

2. Bagaimana kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 mengartikan kata kerja berawalan ber- ?

3. Bagaimana kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 membuat kalimat yang mengandung kata kerja berawalan ber- ?

D. Tujuaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan, peprti halnya manusia mempunyai tujuan di dalam hidupnya. Penelitian ini secara umum mempunyai tujuan memperoleh deskripsi yang relatif lengkap dan obyektif tentang penguasaan kata kerja berimbuhan atau berawalan ber-.

1. Memperoleh deskripsi objektif kamampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun pelajaran 2005 / 2006 mancari kata kerja berawalan ber-.

2. Memperoleh kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 mengartikan kata kerja berawalan ber- .

3. Memperoleh kemampuan siswa kelas VI di SDN Kedondong 01 Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2005 / 2006 membuat kalimat yang mengandung kata kerja berawalan ber- .

E. Kegunaan Penelitian

Suatu penelitian diharapkan mempunyai manfaat, baik bagi pembaca pada umumnya, bagi guru dan bagi penelitian selanjtnya.

Bagi pembaca pada umumnya dapat manambah pengetahuan tentang kata kerja berimbuhan atau berawalan.

Bagi guru dimanfaatkan untuk mengantisipasi materi pembelajaran dengan menggunakan metode relevan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

Bagi penelitian selanjutnya, dapat dipergunakan sebagai bahan perbandingan dan bahan pertimbangan yaitu mamberikan kontribusi bagi peneliti lain mengenai kata kerja berimbuhan atau berawalan, sehingga memungkinkan peneliti lain melakukan penelitian dari sisi hubungan yang lain.

F. Definisi Operasional, asumsi dan Ketrbatasan Peneliti

1. Definisi Operasional

Awalan “ber” Dalam Bahasa Indonesia

Dalam tata bahasa Indonesia tedapat dua macam morfem yaitu (1) morfem bebas, dan (2) morfem terikat. Selanjutnya morfem bebas disebut juga morfem dasar, dan morfem terikan disebut imbuhan morfem terikat diklasifikasikan menjadi empat berdasarkan tempat terikatnya pad sebuah morfem dasar yaitu (1) perfiks atau awalan yang meliputi mem-, ter-, di-, pen-, se-, pe-, (2) infiks atau sisipan meliputi –er, -em, dan –el, (3) Sufiks atau akhiran meliputi –an, -kan, -I, dan (4) konfiks merupakan gabungan dari dua atau lebih, dari ketiga macam di atas yang sama-sama membentuk suatu kesatuan arti (keraf, 1984 – 5152).

2. Asumsi

Mengklasifiaksikan afiks atau imbuhan berdasarkan tempat melekatnya pada bentuk dasar. Afiks yang melekat di depan bentuk dasar disebut perfiks, sedangkan yang melekat di akhir bentuk dasar disebut prefiks, sedangkan yan melekat di akhir bentuk dasar disebut sufiks, dan yang melekat di dalam bentuk dasar adalah infiks, gabungan antara prefiks dan sufiks yang memebantuk suatu kesatuan secara serempak dinamakan konfiks.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulakan bahwa morfem terikat adalah afiks yang keberadaannya selalu terikat pada bentuk dasar, afiks bahasa Indonesia terdiri dari prefiks, infiks sufiks dan konfiks.

Contoh : Prefiks bahasa Indonesia (khususnya awalan “ber-)

men- + ambil mengambil

ber- + jumpa berjumpa

di- + bangun dibangun

te- + susun tersusun

pen- + dingin pendingin

se- + rumah serumah

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kategori Kata Bahasa Indonesia

Kata adalah liguistik yang paling kecil dan setara gramatikal merupakan bentuk bebeas atau berdiri sendiri. Hal yang dipertegas oleh pendapat Ramlan (1987 : 33) bahwa : “Kata adalah satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain, setiap satuan bebas merupakan kata:. Jadi, satu satuan rumah, perumahan, penduduk dan sebgainya merupakan kata, karena merupkan satu satuan beebas.

Pengertian kata. KBBI (1988 : 395) memberikan batasan bahwa “Kata adalah satuan atau unsur bahasa terkecil” yang dapat diuraikan tentunya digunakana dalam berkomunikasi. Di samping sebgai unsur yang dapat diujarkan, kata juga suatu bentuk yang dapat berdiri sendiri. Sebgai contoh kata tidur, dalam berkomunikasi bentuk tidur biasa digunakana. Selain itu bentu tidur dapat berdiri sendiri tanpa terikat bentuk lain.

“Kata adalah satuan gramatikal bebas yang terkecil” (Kejono, 1982 : 44). Pada pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa kata mempunyai potensi untuk berdiri sendiri tidak terikat bentu lain. Hal ini dapat dicontohkan bentuk nasi adalah kata. Karena bentuk nasi adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri dan tidak terikat oleh bentuk lain.

Kata juga dapat diartikan sebagai terkecil dari sebuah kalimat yang sudah diuraikan bagian-bagiannya dan yang mengandung sebuah ide. Hal ini menunjuk batasan yang diberika oleh Gory Keraf (1991 – 44) bahwa, “Kata adalah suatu satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya dan mengandung sebuah ide”.

Sebagian contoh kalimat,

  1. Indra sedang tidur

Jika diuraikan, kalimat tersebut tersusun dari bentuk indra, sedang, dan tidur. Bentuk-bentuk tersebut sudah tidak dapat diuraikan menjadi bentuk yang lebih kecil. Di samping itu bentu-bentuk tersebut mengandung sebuah ide.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan baha kata mempunyai ciri-ciri yaitu merupakan bentuk linguistik yang paling kecil, dalam bentuk bebas, dapat berdiri tanpa terikat oleh yang lain, mempunyai arti, tidak tersisipi, dan dapat menduduki satu fungsi dalam kalimat, juga dapat berpindah posisi dalam kalimat.

  1. Puput minum susu.

Bentuk susu dalam kalimat tersebut merupakan bentuk terkecil yang tidak dapat diuaraikan lagi dan merupakan bentuk bebas yang dapat berdiri sendiri. Bentuk susu mempunyai makna nama dari salah satu jenis minuman. Bentuk susu juga tidak dapat disisipi, selain itu bentuk susu dalam kalimat di atas menduduki salah satu fungsi kalimat.

Dalam bahasa Indonesia terdapat berbagai jenis kata. Menurut tata bahasa struktural jenis kata dibagi 4 macam yaitu : kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata tugas. Pembagian jeniskata selain menurut tata bahasa struktural juga ada pembagian jenis kata menurut tata bahasa tradisional. Dalam pembahasan ini akan diuraikan pembagaian jenis kata menurut tata bahasa struktural karena tata bahasa tradisional apabila digunakan tampaklah kekacauan dalam penggolongan jenis kata. Kekacauan itu terjadi karena tidak tegasnya perbedaan antara jenis kata dan fungsi kata. Dengan demikian penggolongan jenis katan, harus diadakan penyempurnaan atau merubah cara kerjanya sehingga jenis kata lebih tradisional dan memberikan keyakinan bahwa dasar itu lebih seragam dan rasional. Pembagian jenis kata menurut tata bahasa struktural dibagi empat yaitu : (1) kata benda, (2) kata kerja, (3) kata sifat dan (4) kata tugas (Keraf, 1982;84).

Kata benda, berdasarkan bentuknya adalah semua kata yang menandung morfem terikat atau imbuhan ke-an, pe-an, pe-, -an. Conth : kecantikan, perumahan, petenis,. Sedangkan berdasarkan kelompok kata, kata benda adalah kata yang dapat diperluas dengan kata yang + sifat. (Keraf, 1982 – 84). Cotoh ayah, bibi, meja, pohon, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat menjadi ayah yang gagh, bibi yang cantik, meja yang bagus, phon yang tinggi. Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa kata benda adalah segala macam kata, baik berimbuhan yang mengandung ciri struktural yang sama yang dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat. Kata ganti menjadi sub golongan kata benda.

Kata kerja, berdasarkan bentuknya adalah semua kata yang mengandung imbuhan me-. ber-, kan-, - I, di-. Contoh : mencuri, berjalan, bicaralah, gulai, dicari,. Sedang begdasarkan kelompok kata, kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kata dengan + kata sifat (Keraf, 1982 – 84). Contoh : lari, duduk, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diperluas dengan kata dengan + kata sifat menjadi lari dengan cepat, duduk dengan santai. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kata kerja adalah segala macam kata, baik berimbuhan maupun tidak berimbuhan yang mengandung ciri struktural yang sama yang dapat diperluas dengan kelompok kat dengan + kata sifat.

Kata benda, berdasarkan bentuknya adalah semua kata yang mengandung morfem terikat atau imbuhan ke-an, pe-an, pe-, -an. contoh : kecantikan, perumahan, petenis. Sedangkan berdasarkan kelompok kata, kata benda adalah kata yang dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat (keraf, 1982 – 84). Contoh : ayah, bibi, meja, pohon, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat menjadi ayah yang gagah, bibi yang cantik, meja yang bagus, pohon yang tinggi. Dari batasan tersebut dapat diketahui bahwa kata benda adalah segala macam kata, baik berimbuhan maupun tidak berimbuhan yang mengandung ciri struktual yang sama dapat diperluas dengan kata yang + kata sifat. Kata ganti menjadi sub golongan kata benda.

Kata kerja, berdasarkan bentunya adalah semua kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, -i, di-. Contoh : mencari, berjalan, bicaralah, gulai, dicari. Sedang berdasarkan kelompok kata, kata kerja adalah segala macam kata yang dapat diperluas dengan kata dengan + kata sifat (Keraf, 1982-84). Contoh : lari, duduk, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diperluas dengan kata dengan + kata sifat menjadi lari dengan cepat, duduk dengan santai. Berdasarkan uraian di atas katahui bahwa kata kerja adalah segala macam kata, baik berimbuhan maupun tidak berimbuhan maupun tidak berimbuhan yang mengandung ciri srtuktual yang sama yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat.

Kata sifat, berdasarkan bentuknya adalah semua kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya. Contoh : setinggi-tingginya, sepahit-pahitnya, dan sebagainya. Berdasarkan kelompok kata, kata sifat dapat diterangkan oleh kata paling, lebih (Keraf, 1982:84). Contoh : indah, gemuk, dan sebagainya. Kata-kata itu dapat diterangkan oleh kata paling, lebih, sekali menjadi paling indah, lebih indah, indah sekali, paling gemuk, lebih gemuk, gemuk sekali. Dari batasan di tasa dapat diketahui bahwa kata sifat adalah segala kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi kata dasar + nya serta dapat diperluas dengan paling, lebih, sekali. Kata bilangan merupakana sub golongan kata sifat.

Kata tugas berdasarkan bentuknya ada yang sukar mengalami perubahan bentuk. Contoh : dengan, telah, dan tetapi. Ada juga yang dapat mengalami perubahan bentuk. Contoh : tidak, sudah. Berdasarkan kelompok kata, tugas hanmya mempunyai tugas untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat (Keraf, 1982 : 84). Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kata tugas tidak dapat menduduki fungsi-fungsi pokok dalam sebuah kalimat.

B. Kata Kerja Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia terdapat berbagai jenis kata yang merupakan untuk pembentuk kalimat. Antara kata yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gori Keraf yang ditulis Ramlan (1991 : 44). “Berdasarkan ciri bentuk dan kelompok kata itu, Gory Keraf menggabungkan kata-kata menjadi empat golongan yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat dan kata tugas”.

Contoh :

Pemerintah sedang menggalangkan tamanam anggur.

Dalam kalimat tersebut antar kata yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dalam membentuk kalimat. Pemerintah kata benda, sedang kata tugas, menggalangkan kata kerja, tanaman anggur kata benda.

Kata kerja biasanya dibatasi sebagai kata-kata yang menanyakan perbuatan atau tindakan. Contoh : bekerja, berlayar, dan sebagainya. Namaun, batasan ini masih kurang karena tidak mencakup kata-kata seperti tidur dan meninggal yang termasuk kata kerja, tetapi tidak menyatakan perbuatan atau tindakan. Hal ini sesuai pendapat Gory Keraf (1991 : 72) “Kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses, gerak, keadaan atau terjadinya sesuatu”.

FX Surana (1980 – 42) menyatakan bahwaq “Kata kerja atau verba adalah semua kata-kata yang menyatakan perbuatan atau laku”. Pernyataan tersebut sama dengan batasan kata kerja menurut Sulcan Yasin (1987 : 198). Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa semua kata baik berimbuhan atau tidak berimbuhan yang menyatakan perbuatan atau laku digolongkan sebagai kata kerja. Contoh : lari, makan, menangis, berjalan, dan sebagainya.

Dari beberapa batasan di atas dapat diketahui bahwa kta kerja adalah semua kata baik yang berimbuhan atau tidak berimbuhan yang menyatakan perbuatan, tindakan atau menunjukkan terjadinya sesuatu. Contoh kata kerja yang tidak berimbuhan : minum, pergi, duduk, mandi, dan sebagainya. Contoh kata kerja yang berimbuhan : membaca, merayap, berdiri, dicambuk, terpeleset dan sebagainya.

Ciri-ciri kata karja bahasa Indonesia dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi bentuk dan segi kelompok kata. Hal ini sesuai pendapat Gory Keraf (1991 : 73) bahwa “Untuk menentukan sebuah kata adalah kata kerja atau tidak, kita mengikuti dua prosedur, yaitu prosedur pencalonan dengan kriteria bentuk, secara prosedur penetapan dengan kriteria bentuk, secara potensial semua kata yang mengandung inbuhan me-, ber-, di-. –kan, dan –I atau penggabungan dapat dicalonkan sebagai kata kerja, contoh : membeli, bermain, dibaca, berikan, digunduli. Dengan kriteria fraselogis atau kelompok kata semua kata yang mempunyai kasamaan struktur yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat termasuk kata kerja, contoh : tidur, meninggal, duduk. Apabila dijadikan bentuk kalimat menjadi Riski tidur dengan nyenyak, Pak Hji meninggal dengan tenang, Nana duduk dengan santai.

Bedasarkan ragamnya kata kerja digolongkan menjadi tiga yaitu (1) kata kerja aktif, (2) kata kerja pasif, (3) kata kerja bentuk lain (Yasin, 1987 198-208).

Kata kerja aktif dibagi menjadi dua yaitu (a) kata kerja aktif transitif adalah kata kerja yang dapat diikuti objek. Objek tersebut bisa perlengkap pelaku atau pelengkap penderita, contoh : makan menjadi makan nasi, beternak menjadi beternak ayam, menembak menjadi menembak burung dan sebagainya. (b) kata kerja aktif intransif adalah kata kerja aktif yan tidak memerlukan objek. Contoh : burung terbang, tono berbicara, Ibu menangis, dan sebagainya.

Kata kerja pasif adalah kata kerja yang mempergunakan imbuhan di atau ter. Contoh : Buku saya diambil Tono : Obatan yang pahit itu akhirnya terminum juga dan sebagainya.

Kata kerja aktif memberi pengertian bahwa suatu pekerjaan sedang berlangsung, sedang kata kerja pasif memberi pengertian bahwa suatu pekerjaan sudah berlangsung atau sudah selesai dikerjakan atau akan berlangsung.

Kata kerja bentuk lain termasuk kata kerja bentuk lain yaitu (a) kata kerja bentuk pesona, (b) kata kerja bantu dan (c) kata kerja gabung/kata kerja (Yasin, 1987 : 208).

  1. Kata kerja bentuk pesona biasanya pasif namun ada juga yang aktif jika menunjukkan perbuatan yang ditunjukkan pada dirinya sendiri. Contoh : kata kerja bentuk pesona pasif : kemarin kuambil uangku; Pengumuman itu kutulis kemarin ; dan sebagainya.

Contoh kata karja Bantu pesona aktif : berhias, bercermin, bersemedi, dan sebagainya.

  1. Kata kerja bantu yaitu kata kerja yang di dalam kalimat berfungsi membantu kata kerja lain agar kalimatnya menjadi lengkap,

contoh : Saya suka menulis; Ibu pasti pulang hari ini; Ayah harus berangkat ke bandara; dan sebagainya.

  1. Kata kerja gabung kata kerja kopula yaitu kata kerja yang bersamaisama dengan kat benda kata sifat/keadaan membantu prediket.

Contoh : Riski menjadi pedagang; paman jatuh miskin; Saya bernama puput; dan sebagainya.

Mengklasifikasikan kata kerja menjadi dua kriteria yaitu : berdasarkan kelengkapan pengertiannya dan berdasarkan pelaku perbuatanya.

Berdasarkan kelemgkapan pengertianya, kata kerja dapat dibedakan menjadi dua (a) kata kerja transif yaitu kata kerja yang berobjek atau dapat berobjek dan objeknya dapat dijadikan subyek dalam kalimat pasif, misalnya : menyalakan, mengetahui, dan sebagainya (b) kata kerja intransif yaitu kata kerja yang tidak berojek atau mingkin berobjek semua, misalnya : naik, pergi, menangis, dan sebagainya.

Bedasarkan hubungan pelaku perbuatannya, kata kerja dapat dibedakan menjadi dua (a) kata kerja bentuk tindak (aktif) yaitu kata yang bila digunakan dalam kalimat, subjek kalimatnya bertindak atau melakukan pekerjaan. misalnya: menulis, melempari, dan sebagainya (b) kata kerja bentuk tanggap (pasif) yaitu kata kerja yang bila digunakan dalam kalimat, subjek kalimatnya menanggapi saja, yaitu diperlakukan atau dikenai pekerjaan, misalnya : tertembak, diikat, kelaparan, dan sebagainya.

Dilihat dari bentuk Harimurti Kridalahsana (1986 : 49) membedakan kata kerja atau verba menjadi dua yaitu :

  1. Verba dasar bebas adalah verba yang berupa morfem dasar bebas.

Contoh : duduk, makan, mandi, pulang, dan sebagainya.

  1. Verba turunan adalah verba yang telah mengalami aflikasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa panduan leksim. Sebagai bentuk turunan dapat dijumpai :

a. Verba berakfiks

Contoh : ajari, bernyanyi, ditulis, jahitkan, dan sebagainya.

b. Verba bereduplikasi

Contoh : bangun-bangun, makan-makan, senyum-senyum, dan sebagainya.

c. Verba berproses gabung

Contoh : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dan sebagainya.

d. Panduan leksim verba

Contoh : cuci mata, campur tangan, unjuk gigi, dan sebagainya

C. Bentuk kata Bahasa Indonesia

Pengertian tentang bentuk dalam bahasa Indonesia menurut Sulchan Yasin (1987 : 31) adalah bentuk liguistik atau “Linguistik form”. Kata “bentuk” akhirnya lazim pula disebut sebagai Form” saja. Bentuk lingustik dalam bahasa Indonesia ialah kesatuan-kesatuan yang menagndung arti baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Kesatuan-kesatuan yang menagndung arti secara leksikal misalnya kata rumah, mengandung arti seperti arti kata dalam kamus yaitu bangunan kasin tempat tinggal. Sedangkan kesatua-kesatuan yang mengandung arti secara gramatikal adalah kesatuan-kesatuan yang menagndung arti sebagai akibat adanya proses garamatik, contoh berumah mengandung makana gramatikal sebagai akibat peristiwa gramatis, yakni melekatnya “ber” pada kata “rumah” sehingga menimbulkan arti baru yaitu mempunyai rumah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bentuk linguistik terjadi hanya satu terkecil, bisa juga terjadi oleh beberapa bentuk terkecil.

Baik secara leksikal maupun gramatikal bentuk kata dapat dibedakan menjadi tiga yaitu , (1) bentuk tunggal dan bentuk kompleks (bentuk jadian), (2) bentuk dasar /kata dasar, dan (3) bentuk asal/kata asal (Yasin, 1987 -. 31-34).

Bentuk tunggal dapat didefinisikan sama dengan morfem yaitu bentuk linguistik yang terkacil dan tidak dapat dipecah lagi, contoh : sapu tangan, merah, sedangkan kompleks (bentuk jadian) adalah bentuk yang dapat dipecah lebih kecil lagi, contoh : sapu tangan dapat dipecah sapu dan tangan, berjalan dapat dipecah ber dan jalan.

Bentuk dasar/kata dasar mrnurut M. Ramlan (1983 – 43) adalah satuan baik tunggal maupunkomleks yang menjadi dasar bentuknya bagi satuan yang lebih besar. Dari uraian diatas dapat diketaui bahwa bentuk dasar/kata dasar tidak selalu berupa bentuk tunggal. Misalnya berpakaian terbentuk dari bentuk dasar pakaian dengan afiks ber-.

Bentuk dasar/kata dasar menurut Sulcan Yasin (1987:32)32) adalah bentuk linguistik berupa bentuk maupun kompleks (bentu jadian) yang menajadi bentuk dasar bentukan bagi satuan bentukan bagi suatu bentuk kompleks. Dari uraian di atas dapat dikaetahui bahawa bentuk dasar/kat dasar bentuk kompleks, misalnya minum + minuman unsurnya ; minum dan an, kata dasarnya bukanya bentuk kompleks, tetapi bentuk tunggal, tetapi bentuk kompleks.

Bentuk asal/kata asal menurut M. ramlan (1983 : 42) adalah satuan yang paling kecil yang menjasi asal suatu kata kompleks. Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa kata asal/kata asal selalu berupa bentuk tunggal, misalnya kata berkelanjutan, kata ini berbentuk dari bentuk tunggal lanjut mendapat bubukan afiks ber dan selanjutnya kata kelanjutan terbentuk dari bentuk tunggal lanjut dengan afiks ke-an.

Bentuk asal/ kata menurut Sulcan Yasin (1987 – 33) adalah bentuk linguistik paling kecil yang manjadi bagian dari pada bentuk kompleks. Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa bentuk asal adalah bentuk paling kecil dari sebuah tunggal bentuk kompleks. Misalnya kata suratan, kata ini terbentuk dari bentuk tunggal surat mendapatkan bubuhan afiks an.

Mansur Muslich (1990 : 12-13) membadakan bentuk kata menjadi empat yaitu : (1) bentuk bebas, (2) bentuk terikat, (3) bentuk semi, Dan (4) bentuk unik.

Bentuk bebas atau free form atau free morpheme ada;ah bentuk-bentuk yang dapat dipakai tersendiri terdiri dalam kalimat atau turunan. Contoh : mana, kamu, bisnis dan sebagainya.

Bentuk semi babas atau semi-free form atau semi-free morpheme adalah bentuk-bentuk yang masih mempunyai kebebasan. Contoh kata : dari pada kata dari mana.

Bentuk unik atau unige form atau unige morpheme adalah bentuk yang sangat terikat dengan bentuk lain. Contoh bentuk balau pada kata kacau balau.

D. Kata Kerja Berawalan Ber-

Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang secara truktual dilengkapi pada awal sebuah kata dasar untuk membentuk kata yang berfungsi dalam ujaran. Hal ini sesuai pendapat Syofidar Kasim (1997 – 52) bahwa “Setaip imbuhan (awalan, sisipan, akhiran0 mengandung fungsi dan arti tertentu”. Misalnya : ber- pada kata berdagang, men- pada kata memanjang, dan sebagainya.

Pada awalan bahasa Indonesia diketahui cukup banyak macamnya, salah stu diantaranya adalah awalan ber-. Awalan ber- termasuk awalan yang produktif. Hal ini sesuai dengan pendapat M. Ramian (1983:53)53) bahwa “afikas yang produktif adalah afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melakat pada kata-kata atau mofem-morfem”. Dengankesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem mengakibatkan awalan ber- berubah bentuk menjadi ber-, be, dan bel. Contoh : ber + kerja = bekerja, ber + rumah = berumah, ber + ajar = belajar. Hal ini sesuai pendapat A. Manskan (1992:59)59) bahwa “Akibat mofofonemik bentuk ber bisa berbentuk ber, be dan bel. Gejala semacam ini biasa disebut disimilasi dah perubahan bentuknya disebut olomorf”.

Awalan ber- mempunyai makna setalah bergabung dengan dasar. Salah satu kelompok bentuk dasar yang dapat bergabung dengan awalan ber- yaitu bentuk dasar dapat bergabung dengan awawalan ber- yaitu bentuk dasar berkelas kata kerja. Awalan ber-, apabila bergabung dengan bentuk dasar berkelas kata kerja mempunyai arti sebagai berikut (Muslich, 1990:70) :

  1. “Dalam keadaan seperti bentuk dasar”

Misalnya :Berada berarti dalam keadaan ada

Contoh :Murid-murid berada di dalam kelas pada waktu pembelajaran

  1. “Menjadi seperti bentuk dasar”

Misalnya : berubah menajai ubah

Contoh : Andi berubah sifat, setelah menajdi kaya

  1. “Melakukan seperti bentuk dasar”

Misalnya : bekerja berarti melakukan kegiatan kerja

Contoh : Petani bekerja di sawah.

E. Pengertian Bahasa

Menurut Pinker (Brown, 2000:5)

Language is a complex, specialized skill, which develops in the child spontaneously, without conscious efert or formal intruction, is depleyed without awareness of underlying logic, is gualitatively the same in every individuali, and is distinct from more general abilities to process informayion or behave intelligently.

Berdasarkan definisi di atas, bahasa adalah sesuatu yang rumit, keterampilan tertentu yang berkembang secar spontan dan tanpa radar dalam diri seorang anak, tidak disadari mentebar dalam pikiran, bahasa adalah sama bagi setiap individu dan berbeda hanya pada kemampuan seseorang dalam memproses informasi atau brsikap secara cerdas.

Selanjutnya menurut definisi standart di luar pengantar buku-buku teks,

Language is a system of members of a arbritary conventionalized vocal, written, or gestural symbols enable members of a given community to communicate intelligibly with one onother” (Brown, 2000 : 5).

Bahasa adalah sistem vokal, tulisan ataupun simbol-simbol asyarat yang lazim berubah-ubah yang kemungkinan anggota masyarakat berkomunikasi satu dengan yang lain secara baik. Dengan bahasa tersebut seoarang dapat dengan mudah memahami kebudayaan dan bekerja sama dengan komunitas lain untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Brown (2000) lebih jauh mengajukan definisi mengenai bahasa yang terinci sebagai berikut : (1) bahasa adalah sistematik, (2) bahasa adalah seperangkat simbol yang berubah-ubah, (3) simbol-simbol itu pada umumnya ucapan (vokal), akan tetapi juga bisa berupa yang dilihat (visual), (4) simbol-simbol telah memiliki makna yang lazim terhadap apa yang dimaksudkan, (5) bahasa belangsung di masyarakat ataupun budaya bahasa (6) bahasa digunakan untuk brkomunikasi, (7) bahasa pada dasarnya milik manusia, meskipun mingn tidak terbatas pada manusia, dan (8) bahasa dperoleh oleh setiap orang dengan cara yang sama , bahasa dan pembelajaran bahasa keduanya memiliki ciri-ciri yang universal.

Berdasarkan definisi di atas, seorang guru bahasa perlu mengetahui sesuatu mengenai sistem komunikasi yang disebut bahasa. Guru bahasa Indonesia tidak mungkin dapat menagjar bahasa secara efektif bila dia tidaktahu mengenai hubungan bahasa dan pikiran, sistem tulisan, komunikasi verbal, sosiolunguistik, dan pemerolehan bahasa.

Menurut GBPP Bahasa Indonesia 1994, “bahasa” didefinisikan sebgai “alat untuk komunikasi”, yaitu menyampaikan pesan atau makan dari seorang kepda orang lain, dari pembicaraan/penulis kepada pendengar/pembaca.

Belajar Bahasa

Belajar bahasa menurut aliran behaviorisme diperoleh melalui latihan terus-menerus yang diikuti dengan pemantapan, baik positif maupun negatif, sebgai pokok-pokok aktivitas kelas. Adpun pandangan kognivisme yang dipeloporioleh Noam Chomsky (1964:63, Brown, 2000:10) bahwa bahasa merupakan sistem yang didasarkan pada aturan dan pemerolehan bahasa pada dasarnya merupakan pembelajaran sistem tersebut.

Pencarian dalam kamus konteperer menyatakan bahwa belajar adalah “memperoleh:, atau pendapat pengetahuan sesuatu atau keterampilan melalui belajar, pengalaman, atau petunjuk. Istilah yang lebih khusus mengenai belajar menurut Kimble dan Germany 9Brown, 1963) adalah “perubahan yang secara permanen dalam kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari latihan”.

Penjelasan dua istilah mengenai bagaimana seorang memperoleh atau menguasai bahasa, baik bahasa pertama maupun pada bahasa kedua. Proses penguasaan yang dimaksud meliputi penguasaan secara alamiah (acquisition) maupun secara formal (learning).

Penjelasan dua istilah mengenai bagaimana seseorang memperoleh atau menguasai bahasa dalam belajar bahasa adalah : Pertama, language acquistion, yaitu bahasa yang potensial dikuasai oleh seseorang anak sejak lahir secara tewaris, dikuasai bukan melewati proses belajar, tetapi melalui proses pemerolehan bahasa secara bawah sadar (mother toungue/Native language). Kedua, Language as second language/foreign language, yaitu bahasa yang dipelajari oleh seseorang siswa disamping bahasa siswa sendiri. Misalnya seorang siswa Indonesia yang sedang mempelajari bahasa Indonesia, maka Bahasa Indonesia tersebut merpakan bahasa kedua atau bahasa asing yang dipelajarinya.

Orang yang dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bukanlah karena dia telah mencapai kematangan tertentu, melainkan lebih dikarenakan proses belajar. Para ahli ilmu jiwa menggunakan istilah maturation (kamatangan) untuk hal-hal yang bisa dikelakan setelah mencapai tingkat kamatangan tertentu, dan learning (belajar) untuk hal-hal yang bisa dikerjakan setelah mendapat latihan atau pendidikan. Stem (1983 ; 304) mengatakan :

……….. Learning is much broadly conceived is psychology than in common parlance. Applicable to animal as well as humas, it si understood as a process by which individuals change in a positively direction as a result of experience or practive and under the influence of environmental factors induding teaching.

Belajar bahasa perlu dibedakan dengan belajar tentang bahasa. Dalam belajar bahasa, orang belajar untuk dapat menggunakan bahasa dalam hal belajar tentang bahasa, orang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bahasa, misalnya tentang kaidah-kaidah kebahasaan. pandangan yang pertama adalah pandangan pendekatan komunikatif, sedangkan pandangan kedua adalah pendekatan tradisional Ninan (1988 :78) mengatakan,”in the communicative view of languaga-languaga learning was characterized as a process of developing the ability to do things with laguage (as apposed to learning abaot language)”

Pembelajaran bahasa

Bila dihubungkan definisi balajar di atas, maka pembelajaran dapat didefinisikan sebagai menunjukkan atau membentu seseorang untuk belajar bagaimana melakukan sesuatu, memberikan petunjuk-petunjuk, membimbing dan mempelajari sesuatu, memberikan pengetahuan untuk mangetahui dan memahami sesuatu.

Pembelajaran tidak bisa didefinisikan terpisah dari belajar. Pembelajaran adalah membimbng dan membantu belajar, memungkinkan pembelajaran untuk belajar, dan menciptakan kondisi belajar. Pemahaman seorang guru tentang bagaimana siswa belajar akan menentukan pandangan mengenai pendidikan, gaya mengajar, pendekatan, metode dan teknik kegiatan di kelas.

Mengajar dan belajar merupakan dua konsep yang berbeda. Menurut Skinner (1957), belajar merupakan perubahan tingkah laku yang berthap dari bentuk yang sderhana sampai bentuk yang kompleks. Mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, berpikir dan menyelidiki (Coney Setiawan , 1992). Dalam mengajar proses yang terjadi pada giru, sedang dalam belajar, proses terjadi pada siswa. Betapapun belajar mengajar merupakan dua proses yang berbeda, keduanya terikat pada tujuan akhir yang sama yaitu bagaimana supaya terjadi perubahan yang optimal pada diri siswa.

Istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan konteks yang menekankan pada pola interaksi guru dan mirid, atau interaksi antar kegiatan belajar dan mengajar (Tabrani Rysyan, dkk, 1989 ,26). Hal ini berarti bahwa pembelajaran memiliki pengertian yang didalamnya mencakup sekaligus proses mengajar yang berisi serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan situasi kelas, dan proses belajar yang terjadi pada diri siswa yang berisi perbuatan-perbuatan untuk menghasilkan perubahan pada diri mereka sebagai akibat kegiatan belajar dan mengajar.

Pembelajara juga dapat berlangsung tanpa adanya interaksi langsung antar guru dengan siswa, tetapi berupa susunan informasi dan lingkungan yang diciptakan oleh guru untuk memudahkan dan membantu siswa agar belajar (intruction). Misalnya siswa diminta untuk pergi ke perpustakaan, di mana mereka akan menentukan alat dan media yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang dibrikan oleh guru.

Pembelajaran dimaksudkan penciptaan suasana sehingga siswa belajar (Imran, 1998:43).43). Tujuan pembelajaran haruslah menunjang dan dalam rangka tercapainya tujuan belajar. Dahulu, ketika pengajaran, dimaksudkan sebagai sekedar penyampaian ilmu pengetahuan, pembelajaran tidak terikat dengan belajar, termasuk tujuannya. Sebab jika guru telah menyampaikan ilmu pengetahuan, tercapailah maksud dari tujuan pembelajaran tersebut. Pembelajaran lebih konsentrasi pada kegiatan siswa. Jika pada masa sekarang ini, pembelajaran dicobakan dikatkan dengan belajar, maka dalam merancang kegiatan pembelajaran, guru harus belajar dan aktivitas siswa.

Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, kebermaknaan lebih diutamakan dari pada mengajar dengan cara terpisah-pisah antara unsur bahasa yang satu dengan yang lain, maka keunggulan cara belajar seperti ini akan berdampak pada teknik pembelajaran yang lebih variatif dan menarik. Demikian pula siswa siap dan aktif dalam mengembangkan latihan berbahasa.

Penggunaan bahasa oleh siswa dalam pembelajaran di kelas perlu diusahakan secara optimal agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dalam kehidupan sehari-hari, pemakaian bahasa mengandung informasi yang disampaikan oleh pembicara untuk menggunakan bahasa.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran bahasa yang efektif mensyaratkan adanya keterlibatan guru dan siswa secara interaktif. Kelas yang terlalu didominasi guru, membatasi kemampuan siswa untuk siswa untuk beresperimen dengan bahasa. Jdi guru bukanlan penguasa tunggal di kelas, melainkan nara sumber dan pembimbing belajar.

Metode Pembelajaran Bahasa

Pendekatan dalam pembelajaran bahasa, adalah anggapan tentanghakekat bahasa serta kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menurut Anthony (1972), approach (pendekatan) ialah tingkat asumsi mengenai bahasa dan pengajaran bahasa, atau boleh dikatakan falsafah tentang pengajaran bahasa. Method (metode) ialah tingkat yang menerapkan teori-teori pada tingkat approach. Dalam tingkat ini di adakan pilihan-pilihan tentang keterampilan khusus mana tyang harus diajarkan, materi-materi apa saja yang harus digunakan dan urt-urtan mana materi itu harus disajikan.

  1. Metode Terjemah Tata Bahasa (Grammar Translation Method)

Terjemahan merupakan salah satu teknik tertua untuk menunjukkan makan dari suatu bahasa asing, dan tata cara ini telah digunakan di dalam pembelajaran bahasa asing pada jaman Kekaisaran romawi. Dari namanya kita sudah dapat mengetahui bahwa metode pembelajaran bahasa ini memberi penekanan pada kata tata bahasa kudua dan teknik praktik latihan utamanya adalah penerjemah dari dan kedalam bahasa target atau bahasa sasaran. Tujuan untama pengajaran adalah mempelajari karya-karya sastra, dan juga mempelajari system tata bahasa.

Menurut Tarigan (1988), metode terjemah tata bahasa (Grammar Translation Method) mempunyai beberapa ciri pokok antara lain : (1) kaidah tata bahasa dan kota kata dipelajari dengan seksama; (2) tata bahasa dipelajari secara deduktif; (3) segala kekecualian harus dihafalkan; (petunjuk penerjemah diberikan secara terperinci; 95) bahas pertama dan bahasa keduan dibandingkan secara konstan; (6) tujuan pengajaran mengalihkan bahasa pertama ke bahasa kedua dan sebaliknya; (7) fokus tertuju pada membaca dan menulis; (8) bahasa pertama merupakan sistem acuan pemerolehan bahasa kedua; (9) unit dasar pengajaran adalah “kalimat”; (10) sangat mengutamakan kecermatan dan ketepatan; (11) seleksi kola kata berdasarkan teks bacaan; dan (12) bahasa pertama siswa merupakan media pengajaran siswa dikelas.

Bahasa dalam Grammar Translation Method ini disajikan dalam bab-bab atau pelajaran-pelajaran ke tata bahasaan singkat yang masing-masing memuat beberapa butir kaidah tat bahas yang disusun serta diilusrtsi dengancomtoh-contoh. Guru secara langsung memberikan pembelajaran

Friday, June 11, 2010

Makalah Samurai Jepang

KEBUDAYAAN JEPANG

Negara Jepang kaya dengan berbagai kebudayaan leluhurnya yang beraneka ragam. Walaupun saat ini perkembangan teknologi di Jepang terus up date dalam hitungan perdetik , namun sisi tradisional masih terus dilestarikan hingga sekarang ini.

Berikut ini salah satu budaya Jepang yang sangat bersejarah dan menarik, Samurai.

SAMURAI

A. Pengertian Samurai

Samurai (侍 atau 士, Samurai?) adalah istilah untuk perwira militer kelas elit sebelum zaman industrialisasi di Jepang. Kata “samurai” berasal dari kata kerja “samorau” asal bahasa Jepang kuno, berubah menjadi “saburau” yang berarti “melayani”, dan akhirnya menjadi “samurai” yang bekerja sebagai pelayan bagi sang majikan. Istilah yang lebih tepat adalah bushi (武士) (“orang bersenjata”) yang digunakan semasa zaman Edo.

Samurai mempekerjakan berbagai senjata seperti busur, anak panah, tombak dan senjata, tetapi yang paling terkenal dan simbol mereka adalah pedang. Samurai menjalani hidup sesuai dengan kode etika bushido ("jalan prajurit"). Bushido menekankan konsep-konsep seperti kesetiaan kepada seseorang master, disiplin diri dan hormat, perilaku etis. Setelah kekalahan, beberapa samurai memilih untuk melakukan ritual bunuh diri (seppuku) dengan memotong perut mereka daripada ditangkap atau mati kematian yang tidak terhormat.

Samurai yang dianggap sopan dan terpelajar, pada semasa Keshogunan Tokugawa berangsur-angsur kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya adalah kaki tangan umum bagi daimyo(bekerja untuk majikan), dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat. Dengan reformasi Meiji pada akhir abad ke-19, Samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda dan digantikan dengan tentara nasional menyerupai negara Barat. Bagaimanapun juga, sifat samurai yang ketat yang dikenal sebagai bushido masih tetap ada dalam masyarakat Jepang masa kini, sebagaimana aspek cara hidup mereka yang lain.

B. Sejarah Samurai

Dalam catatan sejarah militer di Jepang, terdapat data-data yang menjelaskan bahwa pada zaman Nara (710 – 784), pasukan militer Jepang mengikuti model yang ada di Cina dengan memberlakukan wajib militer 9 dan dibawah komando langsung Kaisar. Dalam peraturan yang diberlakukan tersebut setiap laki-laki dewasa baik dari kalangan petani maupun bangsawan, kecuali budak, diwajibkan untuk mengikuti dinas militer. Secara materi peraturan ini amat berat, karena para wakil tersebut atau kaum militer harus membekali diri secara materi sehingga banyak yang menyerah dan tidak mematuhi peraturan tersebut.

Dikarenakan keadaan negara yang tidak aman, penjarahan terhadap tuan tanah pun terjadi baik di daerah dan di ibu kota yang memaksa para pemilik shoen (tanah milik pribadi) mempersenjatai keluarga dan para petaninya. Kondisi ini yang kemudian melahirkan kelas militer yang dikenal dengan samurai.

Kelompok toryo (panglima perang) dibawah pimpinan keluarga Taira dan Minamoto muncul sebagai pemenang di Jepang bagian Barat dan Timur, tetapi mereka saling memperebutkan kekuasaan. Pemerintah pusat, dalam tidak mampu mengatasi polarisasi ini, yang mengakibatkan berakhirnya kekuasaan kaum bangsawan.

Kaisar Gonjo yang dikenal anti-Fujiwara, mengadakan perebutan kekuasaan dan memusatkan kekuasaan politiknya dari dalam o-tera. Tentara pengawal o-tera, souhei ( 僧兵 ) pun ia bentuk, termasuk memberi sumbangan tanah (shoen) pada o-tera. Lengkaplah sudah o-tera memenuhi syarat sebagai “negara” di dalam negara. Akibatnya, kelompok kaisar yang anti pemerintahan o-tera mengadakan perlawanan dengan memanfaatkan kelompok Taira dan Minamoto yang sedang bertikai.

Keterlibatan Taira dan Minamoto dalam pertikaian ini berlatar belakang perebutan tahta, antara Fujiwara dan kaisar. Peperangan akhirnya dimenangkan oleh Taira yang menandai perubahan besar dalam struktur kekuasaan politik. Untuk pertama kalinya, kaum samurai muncul sebagai kekuatan politik di istana.

Taira pun mengangkat dirinya sebagai kuge ( 公家 - bangsawan kerajaan), sekaligus memperkokoh posisi samurai-nya. Sebagian besar keluarganya diberi jabatan penting dan dinobatkan sebagai bangsawan.

Ketika Minamoto Yoritomo wafat pada tahun 1199, kekuasaan diambil alih oleh keluarga Hojo. Pada masa kepemimpinan keluarga Hojo (1199 -1336), ajaran Zen masuk dan berkembang di kalangan samurai. Para samurai mengekspresikan Zen sebagai falsafah dan tuntunan hidup mereka.

Pada tahun 1274, bangsa Mongol datang menyerang Jepang. Para samurai yang tidak terbiasa berperang secara berkelompok dengan susah payah dapat mengantisipasi serangan bangsa Mongol tersebut. Untuk mengantisipasi serangan bangsa Mongol yang kedua (tahun 1281), para samurai mendirikan tembok pertahanan di teluk Hakata (pantai pendaratan bangsa mongol) dan mengadopsi taktik serangan malam. Secara menyeluruh, taktik berperang para samurai tidak mampu memberikan kehancuran yang berarti bagi tentara Mongol, yang menggunakan taktik pengepungan besar-besaran, gerak cepat, dan penggunaan senjata baru (dengan menggunakan mesiu). Pada akhirnya, angin topanlah yang menghancurkan armada Mongol, dan mencegah bangsa Mongol untuk menduduki Jepang. Orang Jepang menyebut angin ini kamikaze (angin dewa).

Dua hal yang diperoleh dari penyerbuan bangsa Mongol adalah pentingnya mobilisasi pasukan infantri secara besar-besaran, dan kelemahan dari kavaleri busur panah dalam menghadapi penyerang. Sebagai akibatnya, lambat laun samurai menggantikan busur-panah dengan “pedang” sebagai senjata utama samurai. Pada awal abad ke-14, pedang dan tombak menjadi senjata utama di kalangan panglima perang.

Oda Nobunaga, seorang keturunan daimyo dari wilayah Owari dan seorang ahli strategi militer, mulai menghancurkan musuh-musuhnya dengan cara menguasai wilayah Kinai, yaitu Osaka sebagai pusat perniagaan, Kobe sebagai pintu gerbang perdagangan dengan negara luar, Nara yang merupakan “lumbung padi”, dan Kyoto yang merupakan pusat pemerintahan Bakufu Muromachi dan istana kaisar.

Strategi terpenting yang dijalankannya adalah Oda Nobunaga dengan melibatkan agama untuk mencapai ambisinya. Pedagang portugis yang membawa agama Kristen, diberi keleluasaan untuk menyebarkan agama itu di seluruh Jepang. Tujuan strategis Oda dalam hal ini adalah agar ia secara leluasa dapat memperoleh senjata api yang diperjualbelikan dalam kapal-kapal dagang Portugis, sekaligus memonopoli perdagangan dengan pihak asing. Dengan memiliki senjata api (yang paling canggih pada masa itu), Oda akan dapat menundukkan musuh-musuhnya lebih cepat dan mempertahankan wilayah yang telah dikuasainya serta membentuk pemerintahan pusat yang kokoh.

Oda Nobubunaga membangun benteng Azuchi Momoyama pada tahun 1573 setelah berhasil menjatuhkan Bakufu Muromachi. Strategi Oda dengan melindungi agama Kristen mendatangkan sakit hati bagi pemeluk agama Budha. Pada akhirnya, ia dibunuh oleh pengikutnya sendiri, Akechi Mitsuhide, seorang penganut agama Budha yang fanatik, pada tahun 1582 di Honnoji, sebelum ia berhasil menyatukan seluruh Jepang.

Toyotomi Hideyoshi, pengikut setia Oda, melanjutkan penyatuan Jepang, dan tugasnya ini dituntaskan pada tahun 1590 dengan menaklukkan keluarga Hojo dan keluarga Shimaru.

Terdapat dua peraturan penting yang dikeluarkan Toyotomi : taiko kenchi (peraturan kepemilikan tanah) dan katana garirei (peraturan perlucutan pedang) bagi para petani. Kedua peraturan ini bermaksud “mengontrol” kekayaan para tuan tanah dan mengontrol para petani agar tidak melakukan perlawanan atau pemberontakan bersenjata.

Keberhasilan Toyotomi menaklukkan seluruh tuan tanah mendatangkan masalah tersendiri. Semangat menang perang dengan energi pasukan yang tidak tersalurkan mendatangkan ancaman internal yang menjurus kepada disintegrasi bagi keluarga militer yang tidak puas atas kemenangan Toyotomi. Dalam hal inilah Toyotomi menyalurkan kekuatan dahsyat tersebut untuk menyerang Korea pada tahun 1592 dan 1597. Sayang serangan ini gagal dan Toyotomi wafat pada tahun 1598, menandakan awal kehancuran bakufu Muromachi.

Kecenderungan terdapat perilaku bawahan terhadap atasan yang dikenal dengan istilah gekokujō ini telah muncul tatkala Toyotomi menyerang Korea. Ketika itu, Tokugawa Ieyasu mulai memperkuat posisinya di Jepang bagian timur, khususnya di Edo (Tokyo). Kemelut ini menyulut perang besar antara kelompok-kelompok daimyo yang memihak Toyotomi melawan daimyo yang memihak Tokugawa di medan perang Sekigahara pada tahun 1600. Kemenangan berada di pihak Tokugawa di susul dengan didirikannya bakufu Edo pada tahun 1603.

Samurai di Jaman Edo

Samurai di zaman Edo menjalankan kewajiban melayani tuan tanah feodal masing-masing dengan dua cara. Pertama, menjalankan tugas keprajuritan pada masa damai, yakni menjaga benteng daimyō, mengawal daimyō ketika ia pergi ke Edo dan pulang dari Edo16, dan menyediakan pasukan yang dapat digunakan daimyo untuk menjaga tanahnya.

Namun, setelah Tokugawa berhasil mewujudkan ketertiban di Jepang pada abad ke-17, para samurai ini kebanyakan menjalankan tugas administrasi, dalam hal ini adalah administrasi keuangan seperti menghimpun pendapatan dalam bentuk beras atau uang tunai untuk membayar tunjangan, merawat rumah resmi di Edo, dan membayar biaya perjalanan ke Edo setiap tahunnya.

Karena para samurai tidak dapat lagi diandalkan untuk bertempur, shogun dan daimyō tidak ingin menghilangkan nilai kesetiaan dan keberanian samurai, tetapi perkelahian dan balas dendam turun temurun, sering terjadi dan merupakanbagian dari kehidupan samurai yang tidak sesuai dalam masyarakat aman dan damai yang sedang mereka bangun. Bakufu kemudian menindak tegas pelaku perkelahian dan melarang balas dendam. Untuk mendorong agar para samurai mau menerima perubahan, maka disediakan imbalan. Pada abad ke-18, pejabat mendapat tunjangan tambahan untuk menambah gaji. Pekerjaan yang baik menjadi salah satu pertimbangan untuk naik pangkat, yang membuka kemungkinan untuk naik jabatan.

Selain itu pendidikan moral, etika, dan pengetahuan umum mulai dikenalkan. Sampai saat itu sebagian besar samurai terutama samurai berpangkat tinggi mendapat pendidikan secara individual. Pendidikan tersebut antara lain pengetahuan mengenai etika selain keahlian menggunakan senjata, berikut pengetahuan membaca dan menulis. Peran birokrasi dalam kehidupan telah menjadi norma, para atasan menginginkan nilai-nilai lebih dari seorang samurai. Seperti kaum bangsawan di zaman Nara dan Heian, mereka harus memiliki sikap moral yang “benar” jika mereka ingin mendapat peranan dalam pemerintahan. Terutama harus memahami ajaran-ajaran klasik Konfusius, oleh karena itu bakufu dan para daimyō mulai mendirikan tempat-tempat pendidikan dimana hal-hal tersebut dapat dipelajari. Terdapat lima belas tempat-tempat pendidikan yang didirikan pada tahun 1700.

C. Senjata Samurai

Awal samurai pemanah, pertempuran berjalan kaki atau menunggang kuda dengan busur komposit panjang(Yumi). They used swords mainly for finishing off wounded enemies.Bentuknya memungkinkan untuk digunakan berbagai jenis anak panah, yang dapat menjangkau sasaran pada jarak lebih dari 100 meter, bahkan bisa lebih dari 200 meter. Bila ketepatan tidak lagi diperhitungkan, Senjata ini biasanya digunakan dengan cara berdiri dibelakang Tedate (手盾) yaitu perisai kayu yang besar, tetapi bisa juga digunakan dengan menunggang kuda. Dalam pertempuran melawan penjajah Mongol, busur komposit menjadi senjata penentu kemenangan. Mereka juga menggunakan pedang terutama untuk menghabiskan musuh yang terluka.

After the Mongol invasions of 1272 and 1281, the samurai began to make more use of swords, as well as poles topped by curved blades called naginata , and spears. Setelah invasi Mongol 1272 dan 1281, samurai itu mulai membuat lebih banyak menggunakan pedang, serta tiang dihiasi dengan pisau melengkung disebut naginata, dan tombak.

Samurai warriors wore two swords, together called daisho - "long and short." Prajurit Samurai memakai dua pedang, bersama-sama disebut Daisho, yaitu katana,pisau melengkung lebih dari 24 inci yang cocok untuk pemotongan dan wakizashi, pada 12-24 inci, digunakan untuk menusuk. Dalam Bushido diajarkan bahwa katana adalah roh dari samurai. Mereka percaya bahwa katana sangat penting dalam memberi kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebutan untuk katana tidak dikenal sampai massa Kamakura (1185–1333). Sebelum masa itu pedang Jepang lebih dikenal sebagai tachi dan uchigatana, Dan katana sendiri bukan menjadi senjata utama sampai massa Edo. In the late 16th century, non-samurai were forbidden to wear the daisho.Pada akhir abad ke-16, non-samurai dilarang memakai Daisho.

Samurai wore full body-armor in battle, often including a horned helmet. Samurai juga memakai body armor-penuh dalam pertempuran, sering termasuk helm bertanduk.

clip_image002

Katana

D. Kepangkatan Samurai

Dalam status sosial sebagai samurai, ada peringkat yang berbeda yang yang diikuti dengan hak yang berbeda. Pada abad ke-12, Ada 3 peringkat utama Samurai. Peringkat ini adalah:

1. Kenin - housemen, yang tugasnya adalah sama sebagai administrator atau pengikut.

2. Foot Prajurit, adalah prajurit yang berjalan kaki.

3. Mount Samurai - peringkat tertinggi samurai, yang diizinkan untuk melawan sambil menunggang kuda.

E. Adat Istiadat Samurai

1. Kematian Samurai

a. Mati di medan pertempuran

Sebagaimana pejuang-pejuang Islam yang berperang untuk membela Islam sebagai satu kemuliaan, samuraipun juga begitu. Mati dibunuh di medan perang adalah Iebih baik daripada kalah oleh musuh. Tidak ada samurai yang pernah terhindar dari bahaya perang. Kebanyakan nama besar dalam dunia samurai terbunuh di dalam perlempuran, sebagaimana I Takanobu, Saito Dosan, Uesugi Tomosada.

b. Seppuku

Seorang samurai memilih cara kematian dengan merobek perutnya lalu temannya memenggal kepala atau biasa disebut seppuku, yang merupakan cara yang paling jujur untuk mati. Ini biasa dilakukan agar dapat memulihkan nama baik reka saat gagal melakukan tugas.. Dia akan merasakan kesakitan yang amat sangat. Karena itu, mati dengan cara seppuku dianggap sebagai kehormatan.

2. Ritual Pertempuran

Pada pertempuran di abad pertengahan dan periode modern awal, ada ritual. Misalnya, upacara khusus berlaku sebelum masuk ke pertempuran dan ritual khusus yang dilakukan untuk merayakan kemenangan. Sebelum memasuki pertempuran, tidak jarang untuk doa-doa yang akan ditawarkan kepada Shinto seperti dewa-dewa perang - meminta bantuan ilahi dalam mengamankan kemenangan. Berselamatan juga disiapkan sebelum pertempuran di mana makan makanan dengan nama-nama yang menunjukkan kemenangan dikonsumsi, seperti kachi Guri, atau chestnut kering. Akhirnya, komandan pasukannya akan mulai berbaris untuk berperang dengan mengucapkan kalimat ritual ("untuk kemuliaan") sedangkan seorang pendeta Shinto mengucap kata tambahan doa untuk kemenangan. Kemenangan termasuk perayaan ritual seperti mandi di sumber air panas baik sebagai sarana untuk mengobati luka dan untuk pemurnian, pemberian surat pujian untuk keberanian, dan "inspeksi kepala" di mana kepala terputus dari musuh yang diambil selama pertempuran disajikan untuk diperiksa dan kehormatan khusus diberikan kepada prajurit yang telah mengambil kepala pertama.

3. Perkawinan

Pernikahan samurai dilakukan oleh seorang pengatur pernikahan dengan peringkat sama atau lebih tinggi. Sedangkan bagi mereka samurai di jajaran atas ini adalah sebuah kebutuhan. Ini adalah formalitas untuk samurai peringkat yang lebih rendah. Kebanyakan samurai wanita menikah dari keluarga samurai, tapi untuk pernikahan samurai peringkat rendah, diizinkan dengan rakyat jelata. Dalam sebuah perkawinan, mahar dibawa oleh wanita itu dan digunakan untuk memulai kehidupan baru mereka.

Seorang samurai bisa memiliki simpanan tapi latar belakangnya itu diperiksa ketat oleh samurai peringkat yang lebih tinggi. Dalam banyak kasus, ini diperlakukan seperti pernikahan. Jika istri samurai melahirkan anak, ia bisa jadi samurai.

4. Wanita

Menjaga rumah tangga adalah tugas pokok perempuan samurai. Hal ini khususnya penting selama awal feodal Jepang, ketika suami prajurit sering bepergian ke luar negeri atau terlibat dalam pertempuran,Istri dibiarkan untuk mengelola semua urusan rumah tangga, perawatan bagi anak-anak, dan mungkin bahkan mempertahankan rumah secara paksa. Untuk alasan ini, banyak perempuan dari kelas samurai dilatih dalam memegang polearm naginata atau pisau khusus untuk melindungi rumah tangga mereka, keluarga, dan kehormatan jika diperlukan.

Ciri-ciri wanita terhormat di kelas samurai kerendahan hati, ketaatan, pengendalian diri, kekuatan, dan kesetiaan. Idealnya, seorang istri samurai akan terampil mengelola properti, menyimpan catatan, berurusan dengan masalah keuangan, mendidik anak-anak dan merawat orang tua usia lanjut Jadi, seorang wanita juga untuk latihan disiplin.

F. Taktik Perang

Beragam taktik perang digunakan oleh samurai selama hampir 700 tahun sejarah abad pertengahan dan modern awal. strategi Warrior dalam pertempuran ditentukan sebagian oleh senjata yang digunakan dan topografi perjuangan. Di lokasi geografis yang paling layak untuk berperang, seperti dataran terbuka. Kavaleri juga cukup efektif. Namun, topografi Jepang termasuk wilayah tidak ramah seperti pertempuran dalam, pegunungan hutan yang amat lebat, atau medan berbatuUkuran dan derajat spesialisasi pasukan mempengaruhi teknik-teknik militer yang digunakan oleh petugas.

Latihan

Pertempuran persiapan meliputi berbagai kegiatan, termasuk mental serta latihan fisik. Warriors didorong untuk merumuskan filsafat tentang kematian, dan pemikiran ke dalam sikap disiplin mereka terhadap kehidupan, bahaya, dan kematian. Integritas samurai legendaris penting untuk kode perilaku yang dikenal sebagai Bushido (harfiah, "jalan prajurit") yang berasal dari rasa tanggung jawab pribadi yang ditanggung oleh prajuritSamurai terlatih dalam keterampilan berbagai diterapkan dengan menggunakan alat dan prinsip-prinsip perang.

Formasi

Dalam mempersiapkan beberapa pertempuran, tentara samurai terhubung dengan perisai dalam formasi yang disebut kaidate. Linked adalah perisai kayu efektif untuk menghalangi kemajuan lawan, seperti benteng sementara, misalnya hambatan sikat ditumpuk disebut sakamogi, terutama ketika konflik terjadi di ladang atau dataran tinggi yang terbuka. Perisai besar-besaran lebih mudah digunakan daripada hambatan sikat, yang membutuhkan tenaga kerja manusia secara signifikan dan perisai dapat dipindahkan ke lokasi lain setelah digunakan. Namun, dinding perisai sakamogi rentan jika dihadapkan dengan api. senjata ini disukai oleh prajurit awal abad pertengahan.

Panahan / Kavaleri Strategi

Sejak baju besi oyoroi cukup berat untuk memperlambat kemajuan, busur yang digunakan lemah, pemanah Jepang dipaksa untuk menembak dari jarak dekat. Dengan jarak 10 meter atau kurang antara pemanah dan target, pemanah harus hati-hati mengidentifikasi dan menargetkan kelemahan dalam baju besi lawan.

Sinyal dan Identifikasi

Seperti pada periode Perang Amerika, lawan sering mengalami kesulitan mengidentifikasi satu sama lain dan komandan tidak bisa mengenali samurai di tengah-tengah himpitan tubuh. Sinyal menjadi cara yang efektif untuk mengontrol pasukan dari jarak jauh selama pertempuran, karena hanya dengan mengkordinasikan, usaha bisa berhasil. Strategi termasuk penggunaan barang-barang seperti bendera, drum, dan cangkang kerang, serta penyebaran sinyal api dan kurir di belakang baju besi mereka. Seorang komandan juga harus handal dalam menyampaikan pesan perintah untuk jendral lain dan memastikan kepatuhan tepat waktu dengan arahan.