This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Saturday, January 1, 2011

BENTUK ATAU TIPE SUNGAI

Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
# Sungai konsekuen lateral, yakni sungai yang arahnya menuruni lereng-lereng asli yang ada di permukaan bumi seperti dome, block, mountain, atau daratan yang baru terangkat.
# Sungai konsekuwen longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal ( bagian puncak gelombang pegunungan).
# Sungai subsekwen, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sunga konsekwen lateral terjadi erosi mundur akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya, sehingga sungai tersebut akan mengadakan erosi ke samping dan memperluas lembahnya. Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikutiarah strike ( arah patahan )
# Sungai superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan-lapisan penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai denga struktur batuan.
# Sungai anteseden, yakni sungai yang arah aliurannya tetap karena dapat mengimbangi pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya terjadi bila pengangkutan tersebut berjalan dengan lambat
# Sungai Resekwen, yakni sungai yang mengalir menuruni dip slope ( kemiringan patahan) dari formasi-formasi daerah tersebut dan searah dengan aliran sungai resekwen lateral. Sungai resekwen ini terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan sering merupakan anak sungai subsekwen.
# Sungai obsekwen, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi berlawanan dengan dip dari formasi-formasi patahan.
# Sungai Insekwen yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab-sebab yang nyata. Sungai ini mengalir tidak mengikuti perlapisan batuan atau dip. Singai ini mengalr dengan arah tidak tertentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
# Sungai reserve, yakni sungai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyasuaikan diri.
# Sungai komposit yakni sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai komposit
# Sungai anaklinal yakni sungai yang mengalir pada permukaan yang secara lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai
# Sungai compound, yakni sungai yang mambawa air di derah yang berlawanan geomorfologinya.

SIFAT WAJIB BAGI ALLAH

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah adanya pemenuhan rasa ingin tahu manusia akan adanya kekuatan yang menentukan kehidupannya. Atas dasar kebutuhan ini, lahirlah berbagai kepercayaan seperti animisme, yang menganggap roh nenek moyang sebagai sesuatu yang menentukan kehidupan dan karenanya lalu dianggap sebagai tuhan yang perlu disembah , atau Dinamisme, yang menganggap benda-benda yang sekiranya berbentuk luar biasa sebagai sesuatu yang memiliki kekuatan luar biasa pula. Benda ini, seperti gunung, api, patung, keris, pohon besar, dan sungai yang kemudian dianggap sebagi Tuhan yang berhak disembah sekaligus tempat meminta.

Islam datang untuk mengoreksi sekaligus menyempurnakan paham dan kepercayaan yang salah tersebut. Islam sebagai agama yang hak, dengan ajaran yang mengajarkan bahwa Allah-lah Tuhan sejati.Tiada Tuhan selain Allah. Allah merupakan zat yang diyakini sebagai satu-satunya Tuhan. Kita sebagai orang beriman harus meyakini bahwa Dia memiliki sifat-sifat yang agung dan tidak dapat disamai oleh siapapun dari makhluk-Nya. Sifat-sifat Allah itu ada yang termasuk wajib bagi-Nya, ada yang mustahil bahkan ada juga yang jaiz

Adapun sifat-sifat wajib bagi Allah yang wajib diyakini oleh setiap Muslim, ada tiga belas, ditambah tujuh sifat maknawiyah. Jadi keseluruhannya berjumlah dua puluh. Sifat-sifat Allah SWT yang dua puluh tersebut di atas, dibagi menjadi empat bagian :

a. Sifat-sifat Nafsiyah

Sifat-sifat nafsiyah ialah sifat yang berhubungan dengan zat Allah SWT. Sifat-sifat tersebut yaitu :

(1). Wujud ( ada )

“Wujud” artinya ada, mustahil Allah bersifat “adam” artinya tidak ada. Allah wajib ada. Alam ini atau setiap makhluk ada yang membuatnya (Khalik). Demikian juga langit dan bumi, matahari yang setiap pagi terbit dari Timur dan terbenam di ufuk Barat, adanya siang dan malam. Semua ada yang mengatur dan menciptakannya, ayitu Allah SWT. Firman Allah SWT dalam surat al An'am: 102

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (الأنعام: 102)

(yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, Maka sembahlah Dia; dan dia adalah pemelihara segala sesuatu.

Quraish Shihab menafisrkan ayat ini bahwa yang memiliki sifat tinggi dan mulia hanyalah Allah, Yang Maha Esa Tuhan pemelihara kalian, tidak ada yang berhak disembah selain Dia, pencipta segala sesuatu. Karena itu sembahlah Dia satu-satunya dan semata-mata karena yang mempersekutukan-Nya, tidak dinilai menyembah-Nya. Dia yang Maha kuasa tidak butuh kepada ibadah dan pengabdian makhluk karena Dia Maha Kaya dan di atas segala sesuatu adalah wakil, yakni pemelihara. Beribadah adalah konsekuensi dari kepercayaan tentang wujud Allah yang disebut dalam sifat-sifatNya diatas, yakni tidak ada Tuhan selain Dia, karena Dia yang mencipta segala sesuatu, jika demikian maka tidak ada yang bersekutu dengan-Nya dalam ketuhanan dan penciptaan serta karena itu pula ibadah dan ketundukan semata-mata hanya tertuju kepada-Nya. (Shihab, 2007, v 4:223)

Ada golongan manusia yang tidak percaya atau meragukan adanya Allah, dengan alasan karena mereka belum pernah melihat wujud-Nya. Kepercayaan tersebut keliru, karena banyak zat yang tidak dapat dilihat wujudnya, tetapi diyakini adanya, seperti nyawa ( roh ) dan angin. Nyawa dan angin diyakini ada semata-mata berdasarkan kepada tanda-tanda yang menunjukkan wujudnya. Tanda-tanda wujudnya nyawa pada manusia adalah manusia bernafas, makan, minum, bergerak, dan bekerja. Tanda-tanda wujudnya angin antara lain, pohon nyiur melambai-lambai karena ditiup angin dan kapal layar dapat melaju karena didorong pleh tenaga angin.

Adapun tanda-tanda wujudnya Allah SWT itu sangat banyak, sehingga manusia tidak akan mampu menyebutkannya satu persatu. Singkatnya, bukti-bukti tentang wujud Allah itu terdapat di dalam diri manusia dan di luar diri manusia. Allah SWT berfirman dalam surat al Dzariyat; 20-21:

وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ (20) وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (21)

Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

Ayat ini menyatakan bahwa banyak sekali tanda-tanda keesaan, kebesaran dan kekuasaan Allah yang terbentang di langit dan di bumi yakni bagi orang-orang yang yakin dan mantap keyakinanya. Bukti keesaan Allah yang terdapat dibumi antara lain sistem kerja bumi dan keseimbangan yang ada dialamnya, disamping keindahan dan kelanggenganya, kesemuanya terjadi secara berulang yang menampik dugaan kebetulan dan kesemuanya terjadi dengan sangat konsisten dan teratur. Andai ada dua Tuhan maka keharmonisan dan kesinambungan itu tidak mungkin terjadi. Bukti ke beradaan Allah juga terdapat pada diri manusia antara lain proses kejadian manusia yang sangat unik, organ tubuhnya yang sedemikian serasi tapi kompleks demikian juga pada tingkah lakunya yang sedemikian rumit. (Shihab, 2007; v 13: 334 )

Manusia tidak dapat melihat zat Allah karena kemampuan manusia terbatas, sedangkan Allah sebagai khalik ( pencipta ) alam semesta dan segala isinya, dapat melihat segala apa yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat al an'am ayat 103:

لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (103)

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan dialah yang Maha halus lagi Maha Mengetahui.

b. Sifat Salbiyah

Sifat salbiyah ialah sifat yang menolak dan meniadakan sebaliknya, de, dengan kata lain memustahilkan adanya sifat tersebut, sifat salbiyah ada lima yaitu :

(1). Qidam ( Lebih dahulu )

Jika kita melihat mobil, kereta api, kapal laut, pesawat terbang tentu logika kita akan berbicara bahwa alat-alat transportasi tersebut ada yang membuatnya. Pembuat alat-alat transportasi tersebut pasti lebih dulu ada dari pada alat-alat transportasi yang dibuatnya. Disini berlaku hukum kausalitas ( hukum sebab akibat ).

Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, secara logika sudah tentu wajib bersifat qidam, artinya lebih dahulu ada dari segala makhluk-Nya. Mustahil Allah bersifat huduts ( baru ), karena Allah itu sudah ada sebelum alam semesta dan segala isinya ini ada. Adanya Allah tidak bermulasan dan tidak berkesudahan, karena adanya Allah itu mutlak. Dalam hal ini hukum kausalitas tidak berlaku pada zat Allah, Tuhan Yang Maha Agung . Firman Allah SWT dalam surat al Hadid ayat 3:

هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (3)

Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.

Setelah Allah menyebutkan kuasa-Nya yang tak terbatas, kini Allah melalui ayat ini menjelaskan tentang wujud-Nya yang mutlak. Dialah Allah yang Awwal yang telah wujud sebelum segala sesuatu wujud sehingga tidak ada sesuatu pun yang mendahului-Nya dan yang Akhir yakni akan hidup selama-lamanya setelah segala sesuatu musnah dan hanya Dia yang Zhahir yang begitu jelas wujud-Nya melalui alam raya yang Dia ciptakan dan pembuktian logika dan rasa dan hanya Dia pula sendiri yang Bathin dzat dan Hakikat-Nya sehingga tidak dapat dijangkau, jangankan oleh mata tetapi juga oleh akal dan khayal dan Dia menyangkut segala sesuatu Maha mengetahui (Quraish, 2007, v 14; 8)

Dalam ayat ini Allah memeperkenalkan diri-Nya: Dialah sendiri yang awal yang telah wujud sebelum segala sesuatu wujud sehingga tidak ada yang mendahului-Nya dan Yang Akhir yakni yang akan hidup selama-lamanya setelah segala sesuatu musnah dan hanya Dia pula yang Zhahir yang begitu jelas.

(2). Baqa’ ( Kekal )

Allah wajib bersifat baqa’, maksudnya Allah itu wajib bersifat kekal, senantiasa ada dan tidak akan mengalami kebinasaan, firman Allah SWT dalam surat ar Rahman ayat 27:

وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (27)

Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Ayat tersebut diatas adalah merupakan dalil naqli tentang kekekalan Allah, adapun dalil aqli bahwa Allah SWT itu wajib bersifat baqa adalah sebagai berikut. Jika Allah itu tidak bersifat kekal, berarti Allah itu binasa atau berkesudahan. Jika Allah itu berkesudahan atau binasa, berarti Allah itu sama dengan makhluknya. Padahal Allah itu bukan makhluk yang diciptakan dan dibinasakan , tetapi Allah itu adalah khalik yang menciptakan dan membinasakan

(3). Mukhalafatu li al Hawaditsi ( Berbeda dengan Makhluk-Nya )

Menurut dalil aqli, sesuatu yang dibuat manusia tidak sama dengan pembuatnya. Begitu juga dengan Allah SWT sebagai pencipta ( Khalik ) tentu berbeda dengan hasil ciptaan-Nya ( Makhluk ). Maka wajib bagi Allah SWT bersifat mukhalafatu li al hawaditsi, artinya Allah SWT wajib berlainan atau berbeda dengan segala yang baru ( Makhluk ). Perbedaan antara Allah dan semua makhluk-Nya itu terdapat pada zat-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya.

Salah satu perbedaan antara zat Allah dan semua makhluk-Nya ialah zat Allah ada dengan sendiri-Nya, sedangkan adanya semua makhluk Allah karena ada yang mengadakan. Segala sifat Allah berlainan dengan segala sifat makhluk-Nya. Manusia sebagai makhluk Allah memiliki sifat berkuasa, berkehendak, mengetahui, hidup, mendengar, melihat, dan berkata-kata. Sifat-sifat tersebut tampaknya sama seperti yang terdapat pada Allah SWT, akan tetapi, persamaan sifat manusia dengan sifat Allah tersebut hanya dalam sebutan saja, sedangkan pada hakikatnya berbeda.

Demikian juga segala perbuatan Allah berbeda dengan segala perbuatan makhluk-Nya. Apa yang di ciptakan Allah berlainan dengan apa yang di ciptakan makhluk-Nya. Jika Allah menciptakan sesuatu yang dikehendaki-Nya, Dia tidak membutuhkan siapa pun dan apa pun. Sebaliknya, apabila makhluk Allah membuat sesuatu yang dikehendakinya , ia membutuhkan bahan lain selain dari dirinya. Semua yang dibuat manusia menggunakan bahan-bahan yang telah disediakan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat al Syura ayat 11:

أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (11)

(Dia) Pencipta langit dan bumi. dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan Melihat.

Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwasanya Allah SWT wajib bersifat Mukhalafatu li al hawaditsi. Adapun dalil aqlinya jika Allah tidak bersifat Mukhalafatu li al hawaditsi, berarti Allah itu bersifat mumasalatu li al hawaditsi atau bersifat sama dengan makhluk-Nya. Mustahil Allah sama dengan makhluk-Nya. Jika Allah sama dengan makhluk-Nya berarti Allah itu makhluk. Padahal Allah itu khalik.

(4). Qiyamuhu binafsihi ( berdiri sendiri )

Hanya Allahlah yang mengurus makhluk-Nya secara terus menerus. Dia tidak pernah merasa berat, Allah mengetahui yang lahir dan yang batin. Dia berkuasa mandiri, tak pernah membutuhkan bantuan orang lain.Maka wajib bagi Allah bersifat qiyamuhu binafsihi artinya berdiri sendiri dan mustahil bagi-Nya bersifat ikhtiyaju ligairihi, artinya membutuhkan kepada yang selain-Nya. Firman Allah SWT dalam surat al Baqarah ayat 255:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (255)

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi, tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Di dalam ayat yang lain Allah berfirman dalam surat Fathir ayat 15:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ (15)

Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.

Dari ayat-ayat Alquran tersebut dapat dipahami, bahwa di dalam mencipta dan mengurus alam semesta, Allah SWT tidak membutuhkan bantuan kepada sesuatu apa pun selain diri-Nya. Namun sebaliknya makhluklah yang sebenarnya selalu membutuhkan pertolongan Allah dalam segala hal

(5). Wahdaniyah ( Esa )

Islam menetapkan, bahwa keesaan Allah meliputi keesaan ketuhanan. Maka tidak ada Tuhan yang menciptakan, mengelola dan melaksanakan segala sesuatu melainkan Dia. Wahdaniyah artinya satu atau esa. Kalau kita perhatikan alam semesta dan segala isinya, bumi, bulan, matahari, dan planet-planet lainnya berjalan begitu rapi tidak ada yang berbenturan. Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan itu menurut sunatullah atau disebut hukum alam.

Hanya Allah saja yang membuat, memelihara, dan mengaturnya sedemikian rapi. Manusia tidak bias membuat atau mengubahnya. Semua itu menunjkkan bahwa yang menciptakannya adalah satu, yaitu Allah. Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 26:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (26)

Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kerusakanlah yang terjadi kalau ada beberapa Tuhan. Kalau demikian wajib bagi Allah bersifat wahdaniyah artinya Allah itu esa atau satu. Esa dalam sifat-Nya, zat-Nya, dan mustahil bagi Allah bersifat taadud ( berbilang. Firman Allah SWT dalam surat Ikhlasa ayat 1-4:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)

Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Kata Ahad/ Esa terambil dari akar kata وحدة yang artinya kesatuan seperti juga kata واحد yang beraarti satu. Kata ahad bisa berfugsi sebagai nama dan bisa juga berfungsi sebagai sifat bagi sesuatu. Apabila ia berkedudukan sebagai sifat, maka ia hanya digunakan untuk Allah SWT. Dalam ayat ini kata ahad berfungsi sebagai sifat Allah dalam arti bahwa Allah memiliki sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.

Ke Esaan dzat mengendung pengertian bahwa seseorang percaya bahwa Allah tidak terdiri dari unsur-unsur atau bagian-bagian. Karena jika Allah terdiri dari dua unsure sekecil apapun unsure itu maka berarti Ia masih membutuhkan itu dan ini adalah sifat yang mustahil bagi Allah. Pengesaan Allah terdiri dari keesaan sifat, keesaan dalam perpbuatan dan keesaan dalam beribadah kepadaNya. (Shihab, 2007, v.14; 607-611)

c. Sifat Ma’ani

Sifat ma’ani ialah sifat ma’na, yaitu memastikan yang disifati itu bersifat dengan sifat tersebut. Sifat salbiyah ada tujuh yaitu :

(1). Qudrat ( yang Berkuasa )

Allah bersifat qudrat yang artinya kuasa, dapat berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya, tidak ada yang menyamai kekuasaan-Nya. Ketika manusia diberi tanggung jawab untuk mengatur dan memanfaatkan serta memakmurkan bumi, bukan berarti Allah tidak berkuasa untuk melakukannya. Allah berkuasa menciptakan alam, memelihara dan mengaturnya. Firman Allah SWT dalam surat Anbiya' ayat 22:

لَوْ كَانَ فِيهِمَا آَلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا فَسُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ (22)

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

Ayat tersebut diatas menerangkan kekuasaan Allah itu Maha Sempurna, tidak terbatas dan mutlak. Tidak ada zat selain Allah (makhluk) yang memiliki kekuasaan sama dengan Allah apalagi melebihi. Bahkan kekuasaan yang dimiliki oleh makhluk Allah sebenarnya merupakan anugerah dari Allah SWT. Jika Allah berkehendak mencabut kekuasaan yang terdapat pada makhluk-Nya, tidak seorangpun dapat menghalangi-Nya.

Bukti-bukti keMahakuasaan Allah itu terdapat dalam alam semesta dan segala isinya, baik dalam hal mewujudkannya dan mengurusnya, maupun dalam hal membinasakannya, karena itu wajib bagi-Nya bersifat qudrat. Mustahil Allah bersifat ajzun yang artinya lemah.

(2). Iradah ( Maha Berkehendak )

Kekuasaan Allah Maha mutlak, tidak terbatas, dan Maha mengatur sekalian alam yang tampak maupun yang tidak tampak ( gaib ) serta tidak diatur atau dipaksa oleh siapapun.

Allah SWT Maha Berkehendak, maksudnya kehendak Allah itu Maha Sempurna, tidak terbatas dan mutlak. Allah SWT dalam mencipta dan mengurus alam semesta, semata-mata berdasarkan kehendak-Nya, bukan karena dipaksa atau terpaksa.

Sifat iradah Allah SWT sangat erat hubungannya dengan sifat qudranya. Seisi alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT semata-semata karena kehendaknya. Tidak ada sesuatu selain yang dapat menghalangi kehendak dan kekuasaan Allah, jika Allah SWT menghendaki atau menciptakan sesuatu cukup mengatakan kun, “jadilah “ fayakun “ maka terjadilah sesuatu yang dikehendaki-Nya sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Yasin ayat 82:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (82)

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila dia menghendaki sesuatu hanyalah Berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia.

Manusia diciptakan oleh Allah menjadi makhluk yang paling sempurna dan paling mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya adalah sudah menjadi airadah (kehendak) Allah SWT, adanya perbedaan diantara makhluk ciptaan Allah adalah sudah menjadi kehendak-Nya sebagaimana firman Allah dalam surat al Maidah 1:

َا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ (1)

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388]. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.

Menurut ayat diatas cukup jelas bahwa Allah wajib bersifat Iradah (berkehendak) dan mustahil bagi Allah bersifat karahah (terpaksa).

(3). Ilmu ( Maha Mengetahui )

Allah SWT itu Maha Mengetahui, pengetahuan Alah itu Maha Sempurna dan tidak terbatas. Allah SWT mengetahui segalanya tanpa dibatasi oleh waktu dan ruang, Allah SWT senantiasa mengetahui segala sesuatu yang akan dan sudah terjadi pada setiap ciptaan-Nya, baik yang nyata maupun yang gaib. Singkatny Allah SWT, mengetahui segala isi alam semesta. Akal sehat tidak akan memerima (mustahil ) Allah itu bersifat tidak mengetahui atau bodoh.Allah SWT berfirman dalam surat al Mujadalah ayat 1:

َا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ

حُرُمٌ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ (1)

Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Dari beberapa ayat tersebut, jelaslah bahwa Allah SWT adalah Maha berilmu dan sumber ilmu. Ilmu yang dimiliki oleh manusia pada hakikatnya merupakan anugrah/pemberian dari Allah SWT, ilmu yang dimiliki manusia tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan ilmu Allah SWT. Allah SWT berfirman

(4). Hayat ( Maha Hidup )

Bagi Allah SWT zat yang Maha Hidup. Hidup tidak berakhir dengan kematian, karena mati hanyalah menjadi milik makhluk yang diciptakan. Allah ada dengan sendirinya dan kekal adanya. Hidup Allah SWT tidak berpermulaan dan tidak berkesudahan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al Baqarah:

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (255)

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi, tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi[161] Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

Dari petikan ayat tersebut, jelaslah bahwa Allah SWT bersifat hayat atau hidup, menurut akal sehat mustail sesuatu yang mati dapat mencipta, mengatur, dan mengendalikan sesuatu yang lain. Dengan demikian wajib bagi Allah SWT bersifat hayat, artinya hidup, mustahil bagi Allah SWT bersifat maut artinya mati. Allah Maha Hidup dan memberi kehidupan pada makhluk-Nya serta mencabut kembali kehidupan itu dari siapa yang dikehendaki-Nya. Firman Allah SWT :

(5). Sama’ (Maha Mendengar )

Allah bersifat sama’ artinya bahwa Allah adalah Maha Mendengar terhadap segala sesuatu, baik yang diucapkan makhluk-Nya maupun yang masih dalam bisikan hati nurani. Firman Allah SWT dalam surat al Baqarah ayat 127:

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (127)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".

Pendengaran Allah berbeda dengan pendengaran manusia, baik bentuk maupun daya jangkauannya, sesuai dengan sifat Allah mukhalatu lil haditsi. Karena manusia hanya dapat mendengar sebatas yang dapat dijangkaunya saja. Walaupun kalau kita perhatikan di abad yang serba modern ini orang bisa bercakap-cakap dari jarak jauh melalui komunikasi, tetapi pendengaran manusia tetap terbatas oleh kemampuan peralatan yang digunakan. Tidak demikian dengan Allah SWT, dia selalu mendengarkan suara hati semua manusia di bumi ini tanpa kecuali. Bagi orang yang beriman kepada Allah SWT niscaya akan merasa senang dan tenang karena tidak khawatir bahwa doa atau permohonannya tidak akan didengar oleh Allah. Allah SWT sangat dekat dan Maha Mendengar. Sebagaimana firman Allah SWT surat al Maidah ayat 76:

أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (76)

Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" dan Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

Dengan demikian, maka wajib bagi setiap Muslim beriman bahwa Allah SWT bersifat sama’ artinya Maha Mendengar, mustahil Allah SWT bersifat summu artinya tuli. Oleh karena itu manusia dituntut untuk berbicara, bertingkah laku, berpikir, dan beriktikad baik, serta dituntut untuk selalu ingat kepada Allah SWT dalam situasi dan kondisi bagaimanapun, karena Allah SWT selalu mendengar segala ucapan dan gerak gerik kita.

(6). Bashar ( Maha Melihat )

Allah SWT bersifat Maha Melihat. Cara Allah melihat berbeda dengan cara melihat makhluk-Nya. Contohnya manusia melihat dengan mata, sedangkan mata manusia dalam melihat memiliki keterbatasan dan kekurangan. Allah SWT melihat segala sesuatu tidak dengan mata sebagaimana mata yang dimiliki manusia.

Melihatnya Allah SWT Maha Sempurna tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Allah SWT dapat melihat semua sikap dan perbuatan manusia, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, yang dikerjakan sendiri-sendiri maupun yang dikerjakan secara berjamaah (ramai-ramai ) sebagai mana firman Allah SWT :

إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18)

Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

Bagi orang yang beriman dimanapun ia berada senantiasa merasa diawasi oleh Yang Maha Melihat baik siang maupun malam, di tempat ramai maupun di tempat sepi, sebab Allah SWT tidak memiliki sifat umyun ( buta )

(7). Kalam ( Maha Berfirman )

Allah SWT berrsifat kalam, artinya Maha Berfirman yang tidak ada batasnya, sebagai petunjuk bagi manusia, firman Allah SWT :

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ

مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (146)

Kecuali orang-orang yang Taubat dan mengadakan perbaikan[369] dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka Karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.

Cara Allah SWT berfirman berbeda dengan cara manusia berkata. Manusia berkata dengan menggunakan mulut atau alat ucap lainnya, sedangkan Allah SWT berfirman tidak dengan mulut dan alat ucap lainnya yang biasa dipergunakan manusia. Cara Allah SWT berfirman Maha Sempurna, tidak ada kekurangan ayaupun cacat dan celanya.

Alquran adalah merupakan kumpulan firman-firman Allah SWT, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia. Dengan membaca dan meMahami Alquran, umat manusia dapat mengetahui mana firman Allah yang berisi perintah yang wajib dikerjakan dan mana firman Allah yang berisi larangan yang harus dijauhi.

d. Sifat Ma’nawiyah

Sifat ma’nawiyah ialah sifat yang bergantung dan berhubungan dengan sifat ma’ani. Tiap-tiap ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah, karena itu maka lazim disebut sifat ma’nawiyah. Ma’nawiyah ialah kelanjutan daripada sifat ma’ani dan bukan merupakan sifat tersendiri. Sifat ma’nawiyah ada tujuh yaitu :

a. Qadiran ( Maha Kuasa )

b. Muridan ( Maha Berkehendak )

c. Aliman ( Maha Mengetahui )

d. Hayyan ( Maha Hidup )

e. Sam’an ( Maha Mendengar )

f. Bashiran ( Maha Melihat )

g. Mutakalliman ( Maha berfirman )

SIFAT-SIFAT RASUL

Sebagai seorang Muslim kita wajib mengimani adanya para Nabi atau Rasul Allah SWT. Sikap mengimani tersebut berarti mau mengikuti ajaran-ajaran yang telah disampaikan para Rasul kepada umatnya. ajaran para Nabi dan Rasul ini tidak ada sedikitpun unsur kekerasan, penipuan, kerusakan, permusuhan dan lainnya. Semua sikap dan tindakan para Rasul Allah tidak semata-mata berdasarkan atas kehendaknya sendiri, melainkan sesuai dengan bimbingan yang telah diwahyukan oleh Allah SWT kepadanya. Didalam Islam tidak ada perbedaan antara Rasul yang satu dengan Rasul lainnya, sebab semuanya adalah utusan Allah. Para Rasul itu mempunyai empat sifat wajib yaitu :

a. Sidik ( benar )

Artinya setiap Rasul itu wajib berkata, bersikap, dan berbuat benar dalam kehidupannya,mustahil para Rasul sebagai utusan Allah SWT itu berdusta didalam menyampaikan wahyu yang datangnya dari Allah, karena para Rasul itu senantiasa terjaga dari perbuatan dosa (maksum) dan tidak mungkin para Rasul itu bersifat kizib (berdusta) didalam menyampaikan risalah yang datangnya dari Allah SWT.

b. Amanah ( dapat dipercaya )

Setiap Rasul yang diutus oleh Allah SWT wajib berlaku amanah baik terhadap Allah SWT maupun terhadap umatnya, tidak mungkin para Rasul itu berkhianat terhadap yang diamanatkan oleh Allah kepadanya.

c. Tabligh ( menyampaikan )

Para utusan Allah SWT pasti menyampaikan wahyu yang ia terima kepada umatnya. Ia tidak menambah atau mengurangi wahyu Allah SWT tersebut. Ia sampaikan semua wahyu Allah kepada semua manusia tanpa melihat suku, ras , atau pangkat dan kedudukan. Seorang Rasul tidak mungkin menyembunyikan apa yang ia peroleh dari wahyu Allah SWT.

d. Fathanah ( Cerdas )

Tugas para Rasul itu sangat berat, berbagai rintangan, tantangan, dan hambatan senantiasa berada di depan mereka pada saat melaksanakan misi dakwah, para Rasul dituntut untuk bisa menyelesaikan dan mengatasi berbagai persoalan yang ada pada umatnya, untuk itu para Rasul diberi sifat fathonah (kecerdasan) oleh Allah sehingga dapat menyelesaikan semua persolan yang dihadapinya, mustahil para utusan Allah itu bersifat bodoh ( baladah ).

POLA ALIRAN SUNGAI

ada berbagai pola aliran sungai sebagai berikut:
a. Pararel adalah pola aliran yang terdapatpada suatu daerah yang lurus miring sekali, sehingga gradient dari sungai itu besardan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat yang terendah denganarah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat terbentuk pada suatu soastal pain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya miring sekali ke arah laut.
b. Retanguler adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyau truktur patahan, baik yang berupa patahan yang sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini merupakan pola siku-siku.
c. Angulatadalah pola aliran yang tidak terbentuk sudut siku-siku tetapi lebih kecil atau lebih besar dari 990. Disini masih kelihatan bahwa sungai-sungai masih mengikuti garis-garis patahan.
d. Radial sentrifugal adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru mencapai stadium muda pola alirannya menuruni lereng-lereng pegunungan.
e. Radial sentripental ada;ah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera dari gunung berapi atau depresi lain yang pola alirannya menuju pusat depresi tersebut.
f. Trelis adalah pola aliran yang terbentuk seperti trails. Di sini sungai mengalir sepanjang lembah dari suatu bentuka antiklin dan sinklin yang parallel.
g. Anular adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai konsekwen, subsekwen, resekwen, obsewn.
h. Denditrik adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada derah yang batu-batuannya homogeny, dan lereng-lerenya tidak begitu terjal, sehingga sungai-sungai tidak cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek

JAGUNG SEBAGI BAHAN PEMBUAT BIOETANOL

Rumusan Masalah
• Apakah manfaat jagung hanya hanya untuk bahan pangan?

Hipotesis
• Jagung dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya alternatif pencampur premium.

Observasi
Jagung kita kenal sebagai bahan makanan, contohnya sebagai gula, makanan pokok pengganti nasi.Tetapi pada percobaan ini jagung sudah tidak sebagai bahan makanan lagi tetapi sebagai bioetanol yaitu bahan pencampur premium. Bioetanol bisa terbuat dengan cara fermentasi dan beberapa kali penyulingan.

Alat dan Bahan
• Tangki stainless berkapasitas 120 liter
• Tangki sakarifikasi
• Cendawan Aspergilus
• Tangki fermentasi
• Selang Plastik
• Jagung yang digiling
• Air
• Kertas saring berukuran 1 mikron
• Pipa

Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Masukkan jagung yang sudah digiling 20 kg ke dalam tangki stainless, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter
3. Panaskan hingga 100 oC selama 0,5 jam dan aduk rebusan jagung hingga menjadi bubur dan mengental
4. Dinginkan Bubur jagung , lalu masukkan ke dalam tangki Sakarifikasi
5. Masukkan cendawan Aspergillus
6. 2 jam kemudian, aduk bubur jagung yang sudah berubah menjadi 2 lapisan : air dan endapan gula, lalu masukkan ke tangki fermentasi dan pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17-18%
7. Tutup rapat tangki fermentasi dan jaga suhu pada 28-32 oC
8. Setelah 3 hari sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring yang berukuran 1 mikron
9. Lakukan penyulingan untuk memisahkan etanol dan air
10. Lalu panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78 oC
11. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air.
12. Alirkan uap etanol ke dalam pipa yang terendam air sehingga terkodensasi dan kembali menjadi etanol cair
13. Etanol itu untuk bisa larut dalam bensin perlu dilakukan destilasi absorbent.
14. Untuk melakukan panaskan Etanol hingga 100 oC
15. Uap keduanya dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis Zeloit atau pati yang akan menyerap kadar air yang tersisa
18. dan etanol siap untuk dicampur dengan bensin

Analisis Data
Ternyata jagung bisa dibuat sebagai bahan bakar. 20 kg jagung bisa menghasilkan 8 liter etanol dan banyak sedikitnya hasil bioetanol tergantung pada pada kandungan gula yang tersimpan. Untuk menghasilkan etanol yang dapat dicampur dengan premium ternyata pelu dilakukan beberapa kali penulingan agar kandunga air dalam etanol berkurang.

Kesimpulan
Dengan harga minyak bumi yang terus naik , dan kebutuhan lebih banyak dari ketersediaan maka diperlukan terobosan-terobosan dengan menggunakan bahan bakar alternatif dan Bioetanol sangat cocok sebagai bahan bakar alternatif itu.

HIKAYAT INDERA BANGSAWAN

Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa kunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.

Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Suian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, ikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan syarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.

Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup. Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari-mencari.

Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya. Beberapa lama di jalan, sampailah iakepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.

Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir.

Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Sembilan orang anak raja sudah berada di dalam negeri itu. Akhirnya raksasa itu mencanangkan supaya Indera Bangsawan pergi menolong Raja Kabir. Diberikannya juga suatu permainan yang disebut sarung kesaktian dan satu isyarat kepada Indera Bangsawan seperti kanak-kanak dan ilmu isyarat itu boleh membawanya ke tempat jauh dalam waktu yang singkat.

Dengan mengenakan isyarat yang diberikan raksasa itu, sampailah Indera Bangsawan di negeri Antah Berantah. Ia menjadikan dirinya budak-budak berambut keriting. Raja Kabir sangat tertarik kepadanya dan mengambilnya sebagai permainan Puteri Kemala Sari. Puteri Kemala Sari juga sangat suka cita melihatnya dan menamainya si Hutan. Maka si Hutan pun disuruh Puteri Kemala Sari memelihara kambingnya yang dua ekor itu, seekor jantan dan seekor betina.

Pada suatu hari, Puteri Kemala Sari bercerita tentang nasib saudara sepupunya Puteri Ratna Sari yang negerinya sudah dirusakkan oleh Garuda. Diceritakannya juga bahwa Syah Peri lah yang akan membunuh garuda itu. Adapun Syah Peri itu ada adik kembar, Indera Bangsawan namanya. Ialah yang akan membunuh Buraksa itu. Tetapi bilakah gerangan Indera Bangsawan baru akan datang? Puteri Kemala Sari sedih sekali. Si Hutan mencoba menghiburnya dengan menyanyikan pertunjukan yang manis. Maka Puteri Kemala Sari pun tertawalah dan si Hutan juga makin disayangi oleh tuan puteri.

Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.” Setelah mendengar kata-kata baginda Si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu. Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.

Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja. Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperaskannya susu harimau ke mata tuan puteri. Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka tuan puteri pun sembuhlah.

Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda menyuruh orang berbuat mahligai di tengah padang akan tempat duduk tuan puteri. Di bawah mahligai itu ditaruh satu bejana berisi air, supaya Buraksa boleh datang meminumnya. Di sanalah anak raja yang sembilan orang itu boleh berebut tuan puteri. Barang siapa yang membunuh Buraksa itu, yaitu mendapat hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh, dialah yang akan menjadi suami tuan puteri.

Maka tuan puteri pun ditinggalkan baginda di mahligai di tengah padang itu. Si Hutan juga menyusuldatang. Tuan puteri terharu akan kesetiaannya dan menamainya si Kembar. Hatta si Kembar pun bermohon kepada tuan puteri dan kembali mendapatkan raksasa neneknya. Raksasa neneknya memberikan seekor kuda hijau dan mengajarnya cara-cara membunuh Buraksa. Setelah itu, si Kembar pun menaiki kuda hijaunya dan menghampiri mahligai tuan puteri. Katanya kepada tuan puteri bahwa dia adalah seorang penghuni hutan rimba yang tiada bernama. Tujuan kedatangannya ialah hendak melihat tamasya anak raja yang sembilan itu membunuh Buraksa. Tuan puteri menyilakan naik ke mahligai itu. Setelah menahan jerat pada mulut bejana itu dan mengikat hujung tali pada leher kudanya serta memesan kudanya menarik jerat itu bila Buraksa itu datang meminum air, si Kembar pun naik ke mahligai tuan puteri. Hatta Buraksa itu pun datanglah dengan gemuruh bunyinya. Tuan puteri ketakutan dan si Kembar memangkunya.

Tersebut pula perkataan Buraksa itu. Apabila dilihatnya ada air di dalam mulut bejana itu, maka ia pun minumlah serta dimasukannya kepalanya ke dalam mulut bejana tempat jerat tertahan itu. Maka kuda hijau si Kembar pun menarik tali jerat itu dan Buraksa pun terjeratlah. Si Kembar segera datang memarangnya hingga mati serta menghiris hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh itu. Setelah itu si Kembar pun mengucapkan “selamat tinggal” kepada tuan puteri dan gaib dari padang itu. Tuan puteri ternganga-nganga seraya berpikir bahwa orang muda itu pasti adalah Indera Bangsawan. Hatta para anak raja pun datanglah. Dilihatnya bahwa Buraksa itu sudah mati, tetapi mata dan hidungnya tiada lagi. Maka mereka pun mengerat telinga, kulit kepala, jari, tangan dan kaki Buraksa itu untuk dibawa kepada baginda. Baginda tidak percaya mereka sudah membunuh Buraksa itu, karena tanda tanda yang dibawa mereka itu bukan alamatnya. Selang berapa lama, si Kembar pun datang dengan membawa mata dan hidung Buraksa itu dan diberikan tuan puteri sebagai isteri. Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati.

HIKAYAT RAJA-RAJA PASAI

Maka tersebutlah perkataan Merah Silu (diam) di Rimba Jerau itu. Sekali peristiwa pada suatu hari Merah Silu pergi berburu. Ada seekor anjing dibawanya akan perburuan Merah Silu itu, bernama si Pasai. Dilepaskannya anjing itu. Lalu, ia menyalak di atas tanah tinggi itu. Dilihatnya ada seekor semut, besarnya seperti kucing. Ditangkapnya oleh Merah Silu semut itu, lalu dimakannya. Tanah tinggi itupun disuruh Merah Silu tebas pada segala orang yang sertanya itu. Setelah itu, diperbuatnya akan istananya. Setelah itu, Merah Silupun duduklah ia di sana; dengan segala hulubalangndan segala rakyatnya diam pun duduklah ia di sana; dengan segala hulubalangnya dan segala rakyatnya diam ia di sana. Dinamai oleh Merah Silu negeri itu Samudera, artinya semut yang amat besar (= raja); di sanalah ia diam raja itu.

Kata sahib al-hikayat: Pada suatu hari, Sultan Malik as-Saleh pergi bermain-main berburu dengan segala laskarnya ke tepi laut. Dibawanya seekor anjing perburuan bernama si Pasai itu. Tatkala sampailah Baginda itu ke tepi laut, disuruhnya lepaskan anjing perburuan itu. Lalu, ia masuklah ke dalam hutan yang di tepi laut itu. Bertemu ia dengan seekor pelanduk duduk di atas pada suatu tanah yang tinggi. Disalaknya oleh anjing itu, hendak ditangkapnya. Tatkala dilihat oleh pelanduk anjing itu mendapatkan dia, disalaknya anjing itu oleh pelanduk. Anjing itupun undurlah. Tatkala dilihat pelanduk, anjing itu undur, lalu pelanduk kembali pula pada tempatnya. Dilihat oleh anjing, pelanduk itu kembali pada tempatnya. Didapatkannya pelanduk itu oleh anjing, lalu ia berdakap-dakapan kira-kira tujuh kali.

Heranlah Baginda melihat hal kelakuan anjing dengan pelanduk itu. Masuklah Baginda sendirinya hendak menangkap pelanduk itu ke atas tanah tinggi itu. Pelanduk pun lari; didakapnya juga oleh anjing itu. Sabda Baginda kepada segala orang yang ada bersama-sama dengan dia itu:

“Adakah pernahnya kamu melihat pelanduk yang gagah sebagai ini? Pada bicaraku sebab karena ia diam pada tempat ini, itulah rupanya, maka pelanduk itu menjadi gagah”.
Sembah mereka itu sekalian: “Sebenarnyalah seperti sabda Yang Maha Mulia itu”. Pikirlah Baginda itu: “Baik tempat ini kuperbuat negeri anakku Sultan Malik at-Tahir kerajaan”. Sultan Malik as-
Salehpun kembalilah ke istananya. Pada keesokan harinya Bagindapun memberi titah kepada segala
menteri dan hulubalang rakyat tentera, sekalian menyuruh menebas tanah akan tempat negeri,
masing-masing pada kuasanya dan disuruh Baginda perbuat istana pada tempat tanah tinggi itu.

Sultan Malik as-Salehpun pikir di dalam hatinya, hendak berbuat negeri tempat ananda Baginda. Titah Sultan Malik as-Saleh pada segala orang besar:
“Esok hari kita hendak pergi berburu”.
Telah pagi-pagi hari, Sultan Malik as-Salehpun berangkat naik gajah yang bernama Perma Dewana.

Lalu berjalan ke seberang datang ke pantai. Anjing yang bernama si Pasai itupun menyalak. Sultan Malik

as-Salehpun segera mendapatkan anjing itu. Dilihatnya, yang disalaknya itu tanah tinggi, sekira-kira seluas tempat istana dengan kelengkapan, terlalu amat baik, seperti tempat ditambak rupanya. Oleh Sultan Malik as-Saleh tanah tinggi itu disuruh oleh Baginda tebas. Diperbuatnya negeri kepada tempat itu dan diperbuatnya istana. Dinamainya Pasai menurut nama anjing itu. Ananda Baginda Sultan Malik at-Tahir dirayakan oleh Baginda di Pasai itu.

Kemudian dari itu, Sultan Malik as-Saleh menyuruhkan Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din ke negeri Perlak meminang anak Raja Perlak. Adapun Raja Perlak itu beranak tiga orang perempuan, dan yang dua orang itu anak gehara, dan seorang anak gundik, Puteri Ganggang namanya. Telah Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din datang ke Perlak, ketiga ananda itu ditunjukkannya kepada Sidi ‘Ali Ghijas ad-
Din. Adapun Puteri yang dua bersaudara itu duduk di bawah, anaknya Puteri Ganggang itu didudukkan di atas tempat yang tinggi, disuruhnya mengupas pinang. Dan akan saudaranya kedua itu berkain warna bunga air mawar dan berbaju warna bunga jambu, bersubang lontar muda, terlalu baik parasnya. Sembah Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din kepada Raja Perlak:

“Ananda yang duduk di atas, itulah pohonkan akan paduka ananda itu”.
Tetapi Sidi ‘Ali Ghijas ad-Din tiada tahu akan Puteri Ganggang itu anak gundik Raja Perlak. Maka Raja Perlakpun tertawa gelak-gelak, seraya katanya:
“Baiklah, yang mana kehendak anakku”.

PABRIK ETHANOL DARI NIRA AREN (Arenca pinnata) DENGAN PROSES FERMENTAS

Etil alkohol (CH3CH2OH) dikenal sebagai alkohol yang dibuat dengan proses fermentasi dari gula dan zat tepung dari biji-bijian, kentang atau molases. Bahan baku yang digunakan dalam pabrik ini adalah nira aren.
Proses pembuatan etanol dari nira aren dengan proses fermentasi dibagi menjadi beberapa tahap. Nira aren dalam Feed Tank dialirkan menuju Mixing Tank dengan penambahan air dan H2SO4. Kemudian dialirkan menuju Rotary Vacum Filter I dan dialirkan menuju Evaporator. Larutan 5 % dari Evaporator masuk ke Tangki Starter dan 95 % masuk ke Tangki Fermentor. Dalam Tangki Starter ditambahkan nutrient, Saccharomyces cerevisiae, dan antifoam. Setelah inokulum dalam Tangki Starter selesai, dipompa menuju Tangki Fermentor. CO2 yang diperoleh ditampung sebagai produk samping, sedangkan campuran etanol dipompa ke Tangki Netralisasi untuk menghilangkan kandungan H2SO4. Kemudian masuk ke Rotary Vacuum Filter II, dimana terjadi pemisahan antara ethanol dengan nutrient dan biomass. Ethanol hasil proses fermentasi dimurnikan dengan proses distilasi yang terdiri dari dua tahap, yaitu Beer Still dan Purifiying Column. Pada purifiying column, top product yang dihasilkan 95 % ethanol dan 5% H2O.
Dalam Pabrik Ethanol ini direncanakan beroperasi secara semi kontinu selama 24 jam/hari dan beroperasi 6600 ton/tahun. Untuk memproduksi 20 ton/hari memerlukan bahan baku sebanyak 296063,640 kg/hari, bahan pembantu berupa Ca(OH)2 sebanyak 0,805 kg/hari; H2SO4 sebanyak 1,071 kg/hari; H3PO4 sebanyak 4,174 kg/hari; (NH4)2SO4 sebanyak 4,174 kg/hari; Saccharomyces c. sebanyak 4,174 kg/hari; Antifoam sebanyak 2,416 kg/hari, dan kebutuhan air berupa air sanitasi sebanyak 76 m3/hari; air pendingin sebanyak 24926,180 m3/hari; air umpan boiler sebanyak 1108,477 m3/hari; air proses sebanyak 434,792 m3/hari; make up water sebanyak 20673,431 m3/hari; air sirkulasi sebanyak 5872,018 m3/hari.

Pengertian Otonomi daerah

Otonomi daerah (otoda) adalah Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepantingan masyarakat dalam ikatan NKRI

Dasar hukum pelaksanaan otonomi daerah

Pasal 18 UUD 1945

Ketetapan MPR Nomor XV/MPR?1998 tentang penyelenggaraan Otonpmi daerah

UU no 22 tahun 1999 yang disempurnakan melalui UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah

Prinsip-prinsip Otonomi daerah

Ada 8 prinsip yang dijadikan dasar pelaksanaan otonomi daerah yaitu

1. Pelaksanaan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi , keadilan, pemerataan serta potensi dan keanekaragaman daerah.

2. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab

3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah Kabupaten dan kota, sedang otonomi daerah provinsi merupakan otonomi yang terbatas

4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusinegara sehingga tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

5. Pelaksanaan otonomi daerah harus meningkatkan kemandirian daerah otonom dan karena dalam daerah kabupaten dan kota tidak lagi wilayah administrasi.

6. Pelaksanaan otonomi daerah harus meningkatkan peranan dan funsi badab legislatif daerah baik sebagai fungsi legislatif fungsi pengawasmaupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemerintah daerah.

7. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah provinsi dalam keddukuannya sebagai wilayah administrsi untuk melaksanakan kewenangan pemerintahtertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintahan.

8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan saraba prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.

Tujuan Otonomi daerah

1. Peningkatan pleyanan dan kesejateraan masyarakat yang semakin baik

2. Peningkatan kehidupan demikrasi

3. Keadilan

4. Pemerataan

5. Pemeliharaan hubungan serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI

6. Mendorong untuk memperdayakan masyarakat

7. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas meningkatkan peran serta masyarakat mengembangkan peran dan funsi DPRD